Maha memutar pandangannya jengah, bagaimana tidak, dia menyuruh orang untuk bersantai sementara caranya berbicara saja seperti HRD yang akan menginterview calon pegawai baru, yang benar saja.
"Biar aku ambil alih, perkenalkan aku Mahatma, kau bisa memanggilku Maha dan dia Adyatama, kau bisa memanggilnya Tama dan Aryasatya adalah nama kakeknya, jadi jangan memanggilnya tuan Aryasatya lagi." Ucap Maha memperkenalkan diri.
"Eee dan aku Kirana, anda berdua bisa memanggilku Kirana." Jawab Kirana, nampaknya kegugupan masih menyelimuti dirinya.
"Oh dan terima kasih atas cake nya, aku kebagian sedikit tadi, itu enak." Tambah Maha.
Seringai cerah pelan-pelan merekah di wajah cantik Kirana, gadis itu mengulas senyum tipis pada Maha, "Apakah anda menyukainya?"
Maha mengangguk, "Tentu saja, dimana kau membelinya?" Tanya Maha dengan antusias.
Kirana tampak menunduk, itu sempat membuat Maha dan Tama kebingungan, "Sebenarnya aku membuatnya sendiri." Jawabnya lirih.
"Kau serius?" Ujar Maha penuh antusias.
Kirana mengangguk, "Iya tuan, ah maksudku Maha, aku membuatnya sendiri."
"Oh wow, kau pasti punya toko kue atau semacamnya?" Tanya Maha.
"Tidak, membuat kue adalah hobi ku, tapi aku sama sekali tidak terpikir untuk membuka toko kue atau semacamnya." Jawab Kirana.
"Ekhem, bisakah aku makan dengan tenang?" Tiba-tiba Tama memutus perbincangan antara Maha dan Kirana.
Mendengar hal itu, Kirana segera bangkit dari duduknya, "Maaf, aku tidak seharusnya menganggu anda berdua, silahkan nikmati hidangannya." Tutur Kirana sebelum meninggalkan meja Maha dan Tama.
"Jealous, huh?" Goda Maha sebab saat ini raut wajah Tama berwarna merah padam.
Tama mendecih, "Watch your mouth, dude! Ofcourse I'm not!" Bantahnya.
Maha memutar pandangannya jengah, "Admitting is not your ability mr. Aryasatya."
"No way, can you just shut up and eat your food? You're kinda annoying!" Ucap Tama.
"Kay, okay, I'll shut my mouth." Akhirnya Maha memilih mengalah sebab bila diteruskan pertikaian ini tidak akan ada ujungnya.
Tak lagi ada percakapan antara Maha dan Tama hingga keduanya menyelesaikan acara makan siangnya. Kedua cucu konglomerat itu bergegas pergi begitu mereka selesai membayar makanan mereka, Tama kembali ke Satya Corp. sedangkan Maha melanjutkan urusannya yang tadi belum ia selesaikan.
Waktu terus bergulir, sang surya kini telah berada di ufuk barat, semburat jingga mewarnai langit dan Tama tengah duduk di taman dekat kantornya sembari menatap tabletnya, kedua telinganya juga disumpal oleh airpods dari brand yang sama dengan tabletnya, segelas kopi menemani seorang Tama menyelesaikan pengecekan email masuk yang berhubungan dengan urusan kantornya.
Ketika tengah asyik memperhatikan benda persegi yang ada ditangannya, pesan masuk yang muncul di bar notifikasi membuat Tama mengangkat sebelah alisnya, seberkas senyum terukir diwajah tampan cucu konglomerat itu.
Tama bergegas membuka pesan itu yang rupanya berisi foto anak-anak kecil tengah bermain beserta 2 orang dewasa yang sangat ia kenal, dibawah foto itu tertulis, 'Halo uncle Tama, sudah lama tidak berkunjung, bagaimana kabarmu? Kami harap uncle Tama baik-baik saja dan menjalani hari dengan lancar, berkunjunglah bila uncle sudah punya waktu luang, mari bermain bersama, ah dan ya, kata kak Jovan dan kak Haris mereka ingin menyampaikan sesuatu, jadi mampirlah kapan-kapan.'
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece Of Love [BTS SUGA] ✔
Fanfiction(Trigger Warning ⚠️ : Kecelakaan) Pada akhirnya Adyatama Madani Aryasatya atau yang kerap disapa Tama mau tidak mau harus memimpin perusahaan yang dibangun oleh kakeknya, pasalnya ia menjadi satu-satunya pewaris dari keluarga Aryasatya. Dengan diban...