Secret Marriage : Wife Spoiling Husband

Bab 185

Bab 185

"Wifey kenapa kamu mendorongku?"

Li Xiaolu menyipitkan matanya padanya. Orang ini . . . Jika dia tidak tahu yang sebenarnya, dia akan benar-benar berpikir bahwa dia bertindak. Mencubit pipinya, dia bertanya, "Mengapa kamu menelanjangi? Zhehan, apakah kamu sengaja merayuku?"

Zhang Zhehan mengangguk polos. Dia memandangnya dan bertanya, "Bukankah istri menyuruhku melakukan itu dan kemudian dia akan memaafkanku?"

Li Xiaolu facepalmed. Sambil menggertakkan giginya dia berkata, "Kapan aku menyuruhmu striptis? Aku hanya menyuruhmu menari."

Zhang Zhehan merasa dianiaya. "Wifey, kamu tidak suka? Apakah aku tidak tampan?"

Melihat bahwa dia akan menangis untuk kedua kalinya, dia segera mengangguk. "Tampan, Tampan. Suamiku adalah pria paling tampan di seluruh dunia. Aku sangat menyukainya."

Zhang Zhehan tersenyum. Memegang pinggangnya, dia menariknya ke arahnya dan mencium lehernya, "Wifey, tiba-tiba aku punya ide."

"Apa?"

"Wifey, aku ingin punya bayimu." Zhang Zhehan berkata tetapi kemudian tiba-tiba dia merasa bahwa dia mengatakan sesuatu yang salah. "Tidak. Maksudku, aku ingin kamu melahirkan bayiku. Wifey, ayo buat bayi."

Li Xiaolu tertegun. "A-apa?"

"Aku ingin Zhehan kecil yang tampan atau Xiaolu yang lucu dan nakal. Ayo, mari kita buat bayi," kata Zhang Zhehan sambil mendekat untuk menciumnya.

"Stop! Omong kosong apa yang kamu bicarakan?" Li Xiaolu berkata dengan wajah merah.

"Wifey, kamu tidak ingin punya bayi saya. Waah !! Istri saya tidak ingin punya bayi saya. Waah !!! Wifey, tidak mencintaiku lagi. Waah !!!" Zhang Zhehan menangis.

Li Xiaolu: "... ..."

"Zhehan berhenti menangis," kata Li Xiaolu.

"Waah !! Tidak punya bayi ... Tidak ada cinta. Tidak ada cinta ... Waah !! Istri, tidak mencintaiku."

"Zhang Zhehan kamu sebaiknya berhenti menangis atau aku akan pergi sekarang." Li Xiaolu berteriak.

Zhang Zhehan segera berhenti menangis. "Jangan pergi ... Jangan tinggalkan aku seperti dia meninggalkanku," Zhang Zhehan memohon.

Bingung dengan kata-katanya, Li Xiaolu menatapnya. Apa yang dia maksud Siapa yang meninggalkannya? . Menepuk punggungnya, dia bertanya dengan hati-hati, "Zhehan, siapa yang kamu bicarakan? Siapa yang meninggalkanmu?"

"Wifeey, dia meninggalkanku. Dia sangat buruk. Mengapa dia meninggalkanku? Apakah aku begitu buruk? Apakah kamu akan membiarkanku?" dia bertanya dengan menyedihkan.

"Tidak. Aku tidak akan meninggalkanmu. Kami akan selamanya bersama," Li Xiaolu tersenyum.

"Janji?"

Li Xiaolu mengangguk. "Katakan padaku, mengapa kamu minum begitu banyak? Apakah itu karena dia?"

Zhang Zhehan mengangguk.

"Dia adalah sahabatku. Dia seperti kakakku. Tetapi karena satu hal, dia pergi. Dia mengira aku mengkhianatinya, tetapi aku tidak. Bagaimana aku bisa mengkhianatinya? Dia mengira aku cemburu padanya, setelah semua, dia jauh lebih baik dari saya. Tapi bagaimana saya bisa? Saya bangga padanya. Dia berpikir bahwa saya membencinya. Tapi bagaimana saya bisa? Saya mencintainya. Dia berpikir bahwa saya berbohong untuk menyakitinya. Bagaimana saya bisa? Ikatan kita begitu kuat. Lalu mengapa dia memutuskan persahabatan kita? Mengapa dia berpikir untuk tidak percaya padaku? Mengapa dia meninggalkanku? "

"Sudah bertahun-tahun berlalu. Aku tidak tahu bagaimana dia. Aku tidak tahu bagaimana rupanya. Aku bahkan tidak tahu apakah dia masih hidup atau, atau ... mati?" Kata Zhang Zhehan.

"Xiaolu apakah aku begitu buruk baginya untuk meninggalkanku?" dia bertanya menempatkan kepalanya di bahunya. Mendengar kata-katanya, mendengar rasa sakitnya, Li Xiaolu terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apa atau bagaimana menghiburnya. Menepuk punggungnya dengan ringan, "Zhehan kamu adalah pria paling menakjubkan yang pernah aku temui. Jangan khawatir, aku merasa bahwa suatu hari kamu pasti akan bertemu teman baikmu."

"Sangat?" Zhang Zhehan bertanya dengan suara rendah. Dia bisa merasakan matanya semakin berat. "Hmm ..." jawab Li Xiaolu. Zhang Zhehan tersenyum saat dia menutup matanya dan tertidur. Ada keheningan yang menenangkan di seluruh ruangan. Beberapa menit berlalu ketika Li Xiaolu berhenti menepuk punggungnya.

"Zhehan, ayo pergi ke kamarmu. Ayo, aku akan membantumu," katanya, tetapi ketika dia tidak mendapatkan jawaban, dia menoleh untuk menatapnya dan dia tertawa. Melihatnya tidur nyenyak, dia dengan hati-hati meletakkan kepalanya di sofa dan mencium dahinya.

"Saya benar-benar berharap Anda bertemu teman baik Anda segera." Li Xiaolu berharap tidak tahu bahwa keinginannya akan segera terpenuhi.

Tiba-tiba ada ketukan di pintu dan Li Xiaolu menyuruh orang itu masuk. Asisten Xue memasuki kantor dengan beberapa barang di tangannya. Melihatnya Li Xiaolu terkejut, "Asisten Xue Anda belum pergi?"

"Bu, aku akan pergi tetapi kemudian aku berpikir bahwa kamu mungkin tidak makan malam. Jadi aku membawakan makanan untukmu," katanya.

"Terima kasih, Asisten Xue."

"Umm ... Asisten Xue, tolong bantu saya membawa Zhehan ke dalam kamarnya," kata Li Xiaolu saat dia dan Asisten Xue memegang Zhang Zhehan yang mengantuk di dalam ruang kantornya. Setelah dengan hati-hati membaringkannya di tempat tidur, Asisten Xue mengatakan beberapa hal kepada Li Xiaolu dan pergi.

Li Xiaolu melepas sepatu dan ikat pinggangnya. Setelah melepas bajunya dia menyeka bersih dengan air panas. Memastikan semuanya sudah beres, dia cepat-cepat makan malam.

"Selamat malam Shehan." Li Xiaolu berbisik mencium bibirnya dan memeluknya dengan erat dan tertidur.

Hari berikutnya ketika Zhang Zhehan bangun dia merasakan sakit kepala yang mengerikan. Sambil memegang kepalanya, dia mengerang kesakitan. Melihat sekeliling ruangan dia menyadari bahwa ini adalah kamar tidur kantornya. Tapi apa yang dia lakukan di sini?

Tiba-tiba satu per satu semua hal yang dia lakukan setelah mabuk terlintas di benaknya. Semakin dia ingat hal-hal yang dia lakukan, semakin dia malu. Xue bodoh, striptis, menari, sayang! Dia begitu keluar dari karakternya kemarin. Dia merasa ingin bunuh diri sekarang.

Memijat kepalanya untuk mengurangi rasa sakit yang dia tandatangani. "Ini, ambil ini. Ini akan membantu dengan mabuk itu," tiba-tiba dia mendengar suara Li Xiaolu. Mengambil pil dan segelas air dari tangannya, dia cepat-cepat menelannya.

"Terima kasih," katanya