DUA PULUH ENAM

8.6K 997 68
                                    

Assalamu'alikum guys. Gimana kabarnya hari ini?.

Masih nungguin kelanjutannya kan?.

Owhh iya aku mau nanya nih. Menurut kalian gimana sih sama cerita ini.

Alurnya bertele-tele kah? Atau kurang seru? Kurang bagus? Tata bahasanya yang sulit di mengerti? Atau membosankan.

Kalau bertele-tele mungkin biar aku persingkat aja partnya. Jujur aja, aku ada rencana buat cerita ini sampai 40-an part. Dan cerita ini akan jadi cerita perdana aku yang punya part panjang.

Makanya aku tanya. Apakah cerita ini membosankan. Atau adakah yang perlu aku perbaiki lagi?.

Oke deh itu aja. Tadain typo kalau ada ya:).

Happy Reading❤

*****

Thea keluar dari salah satu bilik kamar mandi. Langkahnya terhenti saat mendapati Thalita yang sedang bercermin di cermin besar dekat wastafel.

Thea berusaha untuk menghiraukan keberadaan Thalita. Soal gadis itu, sepertinya mereka jadi jarang bersinggungan, tidak seperti di saat dia mengejar Gilang dulu.

Thea berjalan ke wastafel. Ia mencuci tangannya disana.

"Kayaknya hidup lo bahagia banget ya sekarang!".

Thea diam tak menanggapi. "Gak nyangka sih. Habis dari Gilang gak dapat, sekarang lo deketin saudaranya Galang. Bitch banget lo!" Ejek Thalita.

"Owh ya? Gue bitch, lalu lo apa?" Tantang Thea. Ia bahkan mencipratkan air di jemarinya ke wajah Thalita.

"Padahal lo udah ngaca loh, kok gak sadar diri sih" Sinis Thea.

Thalita mengeram marah.

"Gue tahu lo masih suka kan sama Gilang!" Tuduh Thalita.

"Lo cuma jadiin Galang pelampiasan aja kan?!".

Thea menggenggam kuat jari telunjuk Thalita yang mengarah ke wajahnya.

"Jangan sok tahu!" Tekan Thea, menggenggam kuat jari Thalita, sampai Thalita meringis.

"Lepas!" Sentak Thalita. Thea tak melepaskannya.

"Gue bukan sok tahu. Tapi gue tahu otak licik lo itu!".

"Thalita, Thalita. Kenapa kalau gue jadiin pelampiasan memangnya?. Gue rasa itu gak rugiin lo sama sekali. Bukannya itu bakal lebih bagus ya, lo bisa sama Gilang tanpa gangguan gue lagi!".

"Owwh, atau lo ngomong gini karena sekarang Gilang gak lagi ngejar-ngejar lo?" Ejek Thea.

Thea melepaskan jari telunjuk Thalita. "Dengerin gue!, berhenti ganggu hidup gue. Atau lo bakal bertemu sama Thea yang dulu! Gilang gak ngejar lo, mungkin karena dia akhirnya sadar kalau perempuan yang dulu ia kira polos ternyata ular berbisa!".

Setelah mengatakan itu, Thea berbalik hendak meninggalkan Thalita. Namun langkahnya ia hentikan.

"Owwh iya, for you information. Gilang bilang dia suka sama gue. Artinya perubahan gue yang menjauh sama dia buat dia merasa kehilangan. Selama ini lo cuma di jadikan pelampiasan sama dia. Gilang sebenarnya suka sama gue, cuma dia gak sadar aja. Kasihan" Ejek Thea.

Thalita semakin berang mendengar ucapan Thea.

Plak.

Plak.

Mesin Waktu ( END)/ TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang