DELAPAN BELAS

11.4K 1.3K 90
                                    

Thea makan dengan anteng. Disebelahnya berada Galang dan Febby. Anak-anak Aodra menyusul mereka ke kantin tadi, dan anak Aodra kini ikut bergabung dengan mereka juga.

"Lang, gue mau ngomong sama lo dan  anak Aodra. Soal Aga" Ucap Leon.

Galang menatap Thea yang tinggal memakan beberapa suapan lagi.

"Kita bicara nanti aja di markas".

"Tapi Lang_".

"Ini sekolah Leon. Bicarain soal Aga di markas saja. Sekarang tugas kita jagain Thea dan Rara. Kalian juga udah gue serahin tanggung jawab buat jaga Rara. Tapi dia malah sendirian".

"Kenapa gak kamu aja yang jagain aku kayak dulu?" Tanya Rara.

"Galang jagain gue. Emang lo siapanya Galang?" Tanya Thea sinis. Galang mengelus lembut punggung Thea, namun dibalas tatapan tajam oleh gadis itu.

"Kamu harus tegasin ke cewek itu!". Begitu kiranya arti tatapan Thea.

"Memang kamu siapanya Galang? Galang itu gak mau pacaran, dia gak mau nyentuh perempuan lain yang buman mahramnya. Tapi sejak ketemu kamu, Galang langgar semua itu. Kamu bawa pengaruh buruk!".

Rara tidak tahu kenapa dia bisa mengatakan itu. Intinya ia merasa lega saat mengutarakan apa yang ia tahan sejak tadi.

Thea hendak membalas ucapan Rara, namun tidak jadi karena keduluan oleh Galang.

"Cukup Ra. Gak ada yang bawa prngaruh buruk disini. Aku gak berubah Ra. Thea bukan pengaruh buruk. Thea istri aku, wajar kalau aku sentuh dia!" Tegas Galang, dengan suara pelan. Ia berusaha sebisa mungkin agar ucapannya tidak di dengar oleh siswa lain.

"Istri?" Beo Rara pias. Jantugnya berdenyut nyeri mendengar kata itu. Leon sudah bilang sebelumnya. Tapi kata-kata itu dipatahkan oleh Aziz.

Thea tersenyum miring menatap wajah pias Rara. Ia bahagia saat Galang memberi tahu pada gadis itu, siapa dirinya.

"Gimana? Masih mau bilang gue bawa pengaruh buruk? Bukanya lo disini yang punya niat buruk?" Cibir Thea.

"Thea!" Tegur Galang.

"Kamu, mau nyangi aku. Gak bisa say!" Lanjut Thea.

Rara bangkit dari kursi itu dan pergi tanpa pamit. Matanya berkaca-kaca dan memerah.

"Harusnya lo gak bilang secepat ini Lang. Rara pasti terluka" Ucap Aziz, ikut berlari menyusul Rara.

Galang menatap kepergian Aziz dan Rara dengan rasa bersalah.

"Apa yang lo lakuin barusan udah bener. Semakin lama lo ungkap malah semakin sakit nanti yang Rara rasakan. Nanti juga dia baikan sendiri hatinya. Lagian ada Aziz yang akan hibur Rara" Ucap Leon, tersenyum tipis.

"Lo emang harus tegasin perasaan lo Lang, kalau nggak sahabat gue ini bakalan ninggalin lo. Thea cantik, saudara lo si Gilang aja yang bodoh gak mau mungut Thea" Ucap Febby.

"Lo kira gue sampah dipungut".

"Sorry bestai" Kekeh Febby.

Thea menggenggam tangan Galang. Ia tak mau Galang merasa bersalah, karena menurutnya apa yang dilakukan Galang sudah tepat. Sudah seharunya Rara sadar posisinya. Galang sudah menjadi miliknya. Gak akan ada perempuan baik-baik yang mau merebut suami orang bukan. Tapi hati manusia siapa yang tahu.

***

"Hiks... Hiks... Aku bangun dari koma demi Galang. Tapi dia malah nikahin perempuan lain".

Taman sekolah menjadi tempat pelarian Rara saat ini.

"Aku berasa jadi perempuan bodoh yang mengharapkan cinta suami orang lain" Ucapanya di sela isakan.

"Lo gak bodoh".

Rara mendongak. Ia menatap sendu Aziz.

"Perasaan lo gak salah. Cinta lo sama Galang gak salah. Lo cuma gak tahu aja kalau Galang udah nikah".

"Tapi aku hampir jadi pelakor Ziz. Yang Thea bilang benar kalau ak_"

"Sstt. Perasaan cinta itu datangnya dari Tuhan. Hanya kamu harus mengendalikan rasa itu. Sekarang kamu tahu kan kalau Galang udah nikah. Pilihan ada di tangan kamu Ra, mau berhenti mencintai Galang atau terus menyimpan rasa itu yang buat kamu sakit nantinya".

"Kamu cantik Ra. Siapapun yang memiliki kamu nantinya akan jadi orang paling beruntung. Saran aku berhenti berharap sama Galang. Lihat sekitar, masih ada orang lain yang bisa mencintai kamu tulus. Tapi semua kembali sama kamu" Lanjut Aziz. Ia bahkan tak sadar mengganti panggilannya menjadi aku-kamu.

"Anterin aku ke masjid Ziz. Aku mau sholat duha. Hati aku sedang gak baik-baik saja, aku mau ngaduh sama Allah" Isak Rara.

"Ayo, aku anterin Ra".

"Coba saja aku bisa mengutarakannya Ra. Sayangnya aku gak cukup pantas untuk kamu. Cinta itu gak salah, dia datang dari anugrah Tuhan, tapi cinta yang aku punya untuk kamu adalah kesalahan Ra" Batin Aziz.

***

"Gimana?" Tanya Aga.

"Gue udah sewa orang nya bos. Kita tinggal atur kedua cewek itu berada di tempat yang sudah di tentukan".

"Bagus!".

"Lo. Tugas lo dari gue cuma ambil ponselnya Galang" Ucap Aga, pada perempuan yang sejak tadi bergabung bersama mereka.

"Mana bisa gue lakuin itu!" Tolak perempuan itu.

"Gue gak mau tahu. Lo mau kan Thea menderita. Lo benci dia kan? Jadi usahain gimana pun caranya agar handphone Galang bisa ada sama lo!".

"Kalian nanti awasin Thea. Pastikan Thea jauh dari Galang. Gue yakin nanti anak-anak Aodra bakalan kumpul di markas mereka. Mereka pasti akan bicarain tantangan dari gue" Ucap Aga tersenyum smirk.

"Kita udah bagi tugas. Gue gak sabar lihat kehancuran Galang!".

"Gue juga gak sabar lihat kehancuran Thea!".

To Be Countinued

Mesin Waktu ( END)/ TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang