Praha tengah asik menyedot susu kemasan strawberry yang tengah dipegangnya. Keringat menetes satu-dua, siang ini panas sekali. Itulah alasan mengapa ia, Sanji, dan Apta setelah membereskan tugas meliputnya kini terdampar di sebuah warung dengan papan besar bertuliskan "WARDUT" yang terpasang gagah di depan. Jika tidak kemari, mungkin Praha masih mengira bahwa Wardut adalah singkatan dari Warung Gendut, yang secara otomatis mengindikasikan bahwa si Pemilik Warung adalah orang dengan tubuh gendut. Tetapi dugaannya salah. Si Pemilik Warung saat melayaninya tadi rupanya nggak besar-besar banget, cenderung proporsional malah.
"Panas banget gila." Ucap Sanji ketika gadis itu mendekat seraya meletakkan piring mie instan dan segelas es teh di atas meja. Apta di belakangnya membawa pesanan yang sama, duduk di sebelah Sanji.
"Kalau kita nggak ke sini, mungkin gue nggak bakal tahu kalau Wardut itu artinya Warung Sudut." Celetuk Praha memulai percakapan.
"Nyari mati lo ke sini? Bisa-bisa uang lo habis dipalakin sama kakak kelas sebelum sempet lo belanjain." Sahut Sanji, "Untungnya hari ini nggak ada jadwal sekolah, cuma lomba-lomba aja, jadi nggak ada kakak kelas yang ke sini."
Fakta bahwa Wardut selalu menjadi basecamp bagi siswa sekolah Praha untuk berkumpul seusai sekolah. Kebanyakan dari mereka adalah siswa bandel, kakak kelas dengan lagak senioritasnya itu akan bebas merokok tanpa takut ketahuan guru. Padahal letak Wardut ini persis berada di samping sekolah, hanya dipisahkan jalan kecil. Tapi karena memiliki area yang cukup luas dan beberapa spotnya tersembunyi, maka Wardut menjadi sangat aman untuk melakukan hal-hal tidak baik.
Meski begitu, Wardut tetaplah tempat ternyaman yang pernah Praha singgahi. Meski baru pertama kali kemari, Praha langsung bisa merasakan tempat ini hidup dan merangkulnya erat. Banyak pohon, rapi, bersih, dan si Pemilik Wardut juga menyiapkan beberapa macam permainan, macam kartu remi, kartu uno, ataupun uno balok. Oh iya, jangan lupakan pilihan menu yang menarik dengan harga murah.
"Besok-besok nongkrong di sini sabi kali yee." Celetuk Apta, "Lumayan cuci mata."
"Dompet lo noh yang dicuci duluan sama kakak kelas." Sahut Sanji, "Heran kenapa temen-temen gue doyan banget nyari mati."
Praha dan Apta terpingkal pelan.
"Lo nggak makan, Pra?"
"Nggak."
"Lo minum susu mulu dah, pasti goals 2022 lo pengen tinggi, ya?"
"Gue emang pendek Ta, jadi mau minum susu sebanyak apapun nggak bakal tinggi." Sahut Praha sembari meremas susu kemasan strawberry miliknya yang telah tandas. "Lagian ini emang minuman kesukaan gue dari dulu."
Apta hanya ber-oh ria sembari melanjutkan kegiatan mengunyah mie instannya.
"By the way, lo emang deket sama kakak kelas yang tadi, Pra?" Tanya Sanji.
"Siapa? Kak Akasa?"
"Iya, dia yang waktu ini kita wawancarain itu, kan?"
Praha mengangguk pelan, "Kita nggak deket kok, cuma emang kebetulan aja setiap gue liputan selalu ada dia."
"Dia keren. Apalagi waktu berenang, badannya bagus." Sanjung Sanji terang-terangan.
Entahlah, Praha kini sedang mati-matian mengulum senyumnya. Mendengar sanjungan Sanji membuat Praha semangat membatin, menyetujui pendapat Sanji yang mengatakan bahwa Akasa terlihat keren saat berenang, juga perihal badannya yang bagus.
Dan satu lagi, mengingat kejadian tadi rupanya membakar hasratnya untuk berteriak. Lo lucu kalau lagi ketawa. Sial. Kalimat itu selalu berputar di kepala Praha lengkap dengan nada dan ekspresi si Pengucap ketika mengatakannya. Tidakkah Akasa khawatir akan keselamatan jantung Praha saat mengatakan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
[BxB] Playlist; SECRET ADMIRER
Teen Fiction⚠️WARNING!⚠️ Cerita ini bergenre boyslove, untuk yang anti bisa meninggalkan lapak ini. ☑️ [CERITA LENGKAP] Menjadi beda bukanlah sesuatu yang mudah. Bagi Praha, mencintai orang yang segender dengannya adalah sebuah beban, sebab ia tidak bisa bertin...