"Yang ini gimana?" Tanya Akasa seraya memperlihatkan sebuah leather jacket kepada Praha.
"Umm, bagus sih, cuma kayaknya terlalu kecil, deh. Coba cari yang ukurannya lebih besar, Kak."
"Oke, sebentar."
Praha melihat sekelilingnya, banyak orang di sini, bahkan ia bisa meramal bahwa akan ada lebih banyak lagi manusia-manusia yang datang seiring dengan gelapnya langit hari ini.
"Yang ini, Pra, size L, gimana?" Akasa kembali memperlihatkan leather jacket lainnya kepada Praha.
Laki-laki manis itu kemudian mengangguk semangat, tersenyum puas. "Bungkus."
"Kira-kira perlu apalagi ya, Pra?"
"Celana panjang hitam?"
"Gue punya banyak di apartemen."
"Kemeja lengan panjang yang warna hitam? Punya?"
"Itu apalagi. Asal lo tau, lemari gue isinya warna hitam semua." Akasa terbahak.
Praha ikut terkekeh, "Ya nggak pa-pa, sih, pakaian warna hitam cocok kalau kakak pakai, jadi keliatan keren." Pujinya terang-terangan, itu adalah kalimat jujur kedua yang terlontar hari ini setelah kalimat "badan kakak bagus" ketika makan tadi.
Akasa tersenyum kecil. Rasanya ingin loncat-loncat sekarang, ia tidak biasa dipuji oleh orang yang ia suka.
"Jangan kayak Praha yang paling mentok pakai kaos oversize colorful, kadang malu sendiri karena keliatan kayak jamet." Praha meringis pelan, kemudian tertawa kecil.
"Ah nggak juga, justru lo gemesin kalau pakai kaos oversize."
BAJING, SUARA BERAT ITU BERTUTUR SEPERTI TIDAK ADA BEBAN. TANGGUNG JAWAB LO AKASA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
"Kenapa senyum-senyum?" Tanya Akasa ketika menyadari laki-laki manis di sebelahnya sibuk mengembangkan bulan sabit di bibirnya.
BAJING KETAUAN, NANGIS.
"Kakak jadi beli topi flat cap, nggak?" Tanya Praha, mencoba mengalihkan topik.
Akasa mengernyit bingung. "Boleh. Lo ada liat?"
"Di bagian sana sih, mau ke sana?" Ucap Praha seraya menunjuk satu spot di deretan thrifting ini.
"Ayo."
Keduanya segera beranjak, berjalan bersisian. Akasa dan Praha betul-betul menjadi pusat perhatian sekarang, selain karena wajah mereka yang menarik di balik masker, perbedaan tinggi badan itu rupanya juga menjadi alasan. Akasa terlihat sedang mengasuh anak SMP.
"Kenapa suka nge-thrift?" Tanya Praha kemudian, langkah mereka belum sampai di tempat yang dituju.
"Gue suka vibes-nya, dan gue rasa nge-thrift lebih menarik daripada beli baju branded yang baru di mall. Selain itu, ramah di dompet juga." Akasa terkekeh pelan.
Praha mengangguk-ngangguk, kini tongkat penopang keduanya telah berpijak di spot yang dimaksud Praha tadi.
"Flat cap warna apa Pra?"
"Hitam."
"Oke."
Praha menatap punggung lebar Akasa yang sedang membelakanginya. Sedikit tersenyum, laki-laki manis itu tidak pernah menyangka bahwa ia bisa berinteraksi sejauh ini dengan orang yang ia suka. Akasa, laki-laki tinggi itu tiada duanya untuk saat ini, penuh kejutan. Membeli outfit bersama Mas Crush adalah sesuatu yang nggak bakal bisa Praha lupain.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BxB] Playlist; SECRET ADMIRER
Novela Juvenil⚠️WARNING!⚠️ Cerita ini bergenre boyslove, untuk yang anti bisa meninggalkan lapak ini. ☑️ [CERITA LENGKAP] Menjadi beda bukanlah sesuatu yang mudah. Bagi Praha, mencintai orang yang segender dengannya adalah sebuah beban, sebab ia tidak bisa bertin...