Taman Kota malam ini benar-benar menjadi primadona. Ketibaan keduanya di taman kota disambut baik dengan keramaian. Parkiran ramai, banyak stand yang dibangun, mengelilingi panggung besar yang berdiri gagah di tengah-tengah taman. Lampu-lampu dihidupkan, terang benderang menyambut tahun baru.
Akasa membantu melepaskan helm Praha. Keduanya bersemangat, tersenyum lebar sejak pertama kali memasuki area taman kota.
"Siap?" tanya Akasa seraya meraih tangan Praha dan menggenggamnya erat.
Praha tersenyum, ia benar-benar siap.
Keduanya melangkah lebar-lebar, menyusuri luas dan kroditnya taman kota malam ini. Banyak obrolan yang mengambang, sekali-dua Praha dapat tangkap apa yang mereka perbincangkan. Seru. Banyak hal menarik yang menyuri atensinya, seperti mainan tongkat lampu berwarna merah muda yang dibawa anak kecil perempuan, permen kapas, makanan ringan berasap, mandi bola, odong-odong, dan masih banyak lagi makanan-minuman yang teringin sekali ia cicipi satu persatu.
"Praha mau?" tanya Akasa.
Kini keduanya sedang berdiri diam di depan antrian stand permen kapas. Praha nyengir, bohong bila dia tidak tertarik.
"Lo diem di sini, biar gue yang antre."
Praha menurut, dia bahkan tak berani bergerak. Ia hanya bisa menyaksikan Akasa yang kini turut mengantri bersama anak-anak kecil yang ditemani orang tuanya masing-masing. Praha terkekeh. Lucu.
Cekrek. Satu tangkapan foto berhasil diabadikan Praha. Kapan lagi melihat laki-laki tinggi-besar bernama Akasa mengantri bersama anak kecil hanya demi permen kapas.
"Praha." protes Akasa dengan nada rendah dan lembut.
Yang ditegur hanya bisa menahan tawanya.
Lima menit berlalu, Akasa akhirnya berhasil keluar dari antrian, membawa sebuah permen kapas berwarna biru cerah seukuran bola kepada Praha. Senyum keduanya mengembang.
"Makasi banyak, Kak."
"Nyusahin lo kayak anak kecil."
"Dih?" Praha menautkan alisnya, meski mulutnya kini sudah sibuk mengunyah.
"Nyusahin hati." sambung Akasa, ia kini puas meledek wajah memerah Praha.
Keduanya lanjut berjalan, terkadang salfok dengan hal-hal menarik.
Panggung besar itu kini mulai beroperasi, musik mulai diputar, lampu kelap-kelip yang bikin pusing mulai dinyalakan. Semuanya semakin riuh dan menyenangkan.
"Duduk dulu, Pra."
Keduanya memutuskan untuk bersandar di sisi taman, duduk bersama banyak orang. Lelah juga setelah menghabiskan waktu setengah jam berkeliling taman. Kini sudah banyak makanan-minuman yang mereka beli. Permen kapas, twist potato, takoyaki, kebab, dan dua gelas thai tea ukuran medium. Sudah pasti yang lebih banyak mengantri untuk memesan adalah Akasa. Bukan, bukan karena Praha males atau semacamnya, namun Akasa tak mengijinkan laki-laki manis itu untuk mengantri sekalipun Praha sudah menawarkan diri.
"Acaranya kapan mulai sih, Kak?" tanya Praha, kini jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan. Ia mulai khawatir akan janjinya di rumah.
"Jam sepuluhan mungkin." jawab Akasa sekenanya, ia kini sedang sibuk mengunyah takoyakinya.
Praha diam. Ia sungguh khawatir. Apa kabar dengan makan malam di rumahnya?
***
Suara deru motor yang mulai melambat memaksa Renan untuk bangkit dari duduknya. Ini sudah pukul sembilan lewat. Sejujurnya ia gelisah sejak tadi, berharap salah satu anaknya kembali pulang untuk makan malam bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BxB] Playlist; SECRET ADMIRER
Dla nastolatków⚠️WARNING!⚠️ Cerita ini bergenre boyslove, untuk yang anti bisa meninggalkan lapak ini. ☑️ [CERITA LENGKAP] Menjadi beda bukanlah sesuatu yang mudah. Bagi Praha, mencintai orang yang segender dengannya adalah sebuah beban, sebab ia tidak bisa bertin...