Praha tidak ada henti-hentinya untuk tersenyum lebar. Ini adalah hari yang ia tunggu.
Sejak tadi Praha berdiri di depan cermin, sibuk meninjau penampilannya. Ya meskipun ia tidak akan menghadiri acara penting atau semacamnya, ia tetap harus terlihat rapi dan menarik di mata Akasa, bukan? Sebab ini betul-betul kesempatan yang tidak bisa Praha sia-siakan, ia mendapat kesempatan untuk melihat Akasa latihan renang—kalian tahu kan apa maksud 'kesempatan' itu? Belum lagi ia akan menemani kakak kelasnya itu membeli pakaian untuk photoshoot yearbook kelas 12 yang agaknya akan dilangsungkan tidak lama lagi.
Praha benar-benar menghargai setiap detik yang berlalu sekarang.
"Kurang cocok, ah." Gumam Praha sembari melempar kemeja lengan panjang berwarna hijau lumut itu ke atas ranjang.
Ini sudah peninjauan yang ketujuh, tetapi laki-laki manis itu belum menemukan yang cocok untuk dipakainya hari ini. Frustasi? Tentu. Entah kenapa Praha merasa tidak puas dengan penampilannya, padahal tiap bepergian ia tak pernah memikirkan outfit, sekadar baju kaos oversize dengan celana panjang saja menurutnya sudah cukup. Tapi sayangnya hari ini berbeda.
Praha mengoyak susunan pakaiannya di dalam lemari. Butuh waktu lama memang, tapi Praha belum mau menyerah. Seusai puas menyingkirkan baju-baju dan celana yang tidak menarik perhatiannya, akhirnya tangan kanan Praha meraih sebuah kaos lengan panjang bertudung hoodie yang agaknya tak pernah dipakainya.
Praha melintangkan pakaian itu di badannya dan bercermin lagi, berlagak memperkirakan cocok-tidaknya baju itu dipakainya sekarang. Laki-laki manis itu kemudian meraih celana jeans hitamnya dan menyandingkna keduanya. Otaknya berpikir sejenak, mencoba memutuskan. Tak lama kemudian ia tersenyum. Cepat-cepat Praha memakai baju lengan panjang berwarna abu dengan tudung hoodie serta celana jeans hitamnya yang sempurna itu.
Netra Praha melirik ke arah jam, sebentar lagi pukul tiga sore, pertanda bahwa Akasa tidak lama lagi akan datang menjemputnya. Itu berarti Praha harus bergegas menyiapkan dirinya: memakai parfume beraroma mocca—membubuhkan sunscreen pada wajahnya—memakai jam tangan—meratakan minyak rambut pada tiap helai surainya—kemudian menyisirnya—memakai lip balm agar bibir semi-keringnya tak mengganggu penglihatan Akasa meski tersamar masker—menyiapkan hand sanitizer dan masker—meninjau penampilannya lagi di cermin—memakai parfume lagi—lagi—lagi—dan lagi.
Praha mendengus, ini adalah kebiasaan buruknya, selalu membubuhkan banyak parfume pada dirinya sebab ia sendiri sering merasa tak puas karena tak bisa mencium parfumenya sendiri—padahal orang-orang selalu memujinya wangi, tetapi Praha selalu merasa tidak yakin sebab alat bernapasnya sendiri tidak menemukan titik wangi meski ia telah memakai seliter parfume.
"Praha mau kemana?"
Laki-laki manis yang tengah menapaki satu persatu anak tangga itu menoleh ke arah dapur, kedua netranya mendapati Widhi yang tengah mengupas buah naga.
"Praha mau keluar, Ma, sama temen." Sahutnya sembari merebahkan bokongnya di sofa ruang tamu selepas kedua kakinya usai menuruni tangga.
"Sore ini?"
"Iya."
Tidak ada lagi pertanyaan dari Widhi, perempuan itu melanjutkan memotong buah naga merah di tangannya menjadi potongan-potongan kecil.
Praha melirik ponselnya ketika mendengar bunyi notifikasi. Sebuah pesan masuk di direct message dari Akasa.
@akasa_ip
| praha udah selesai siap'?
| gue otw sekarang
KAMU SEDANG MEMBACA
[BxB] Playlist; SECRET ADMIRER
Ficção Adolescente⚠️WARNING!⚠️ Cerita ini bergenre boyslove, untuk yang anti bisa meninggalkan lapak ini. ☑️ [CERITA LENGKAP] Menjadi beda bukanlah sesuatu yang mudah. Bagi Praha, mencintai orang yang segender dengannya adalah sebuah beban, sebab ia tidak bisa bertin...