Love Revolution Winrina

siapa sih

"Hehh. Disana."

Giselle menunjuk ke salah satu arah, semua yang ngedengernya ngeliat ke arah yang giselle tunjuk.

Ternyata itu adalah orang yang dari tadi mareka cari-cari yaitu oknum kang winter.

"Anying si ogeb. Sia ti tadi kamana sih?"
Yeji bergumam sambil melihat winter menjauh dari sana.

Di kantor guru.

Krett

Pintu terbuka, wali kelas winter masuk.
Dan menghadap ke arah winter sambil bersedekap dada.

"Dari mana aja kamu?"
Tanya pak jyp.

"Saya lupa bawa barang pak, jadi, saya keluar buat beli barangnya pak."

"Barang apa? Di sini toko jauh, jadi kamu pergi ke mana?"

Giliran pembimbing itu yang sekarang bertanya.

"Saya gak tau pak, tapi itu jauh banget. Saya kira saya bakal balik lagi cepet."

Winter masih menunduk sambil meremas-remas tangannya.

"Saya gak perduli kamu pergi jauh atau deket, kamu tau kan PERGI TANPA IZIN ITU DI LARANG!" Guru itu meninggikan suranya.

"Kamu nggak tau ini bisa di catet?" Tanya guru itu.

"Saya minta maaf pak."

Winter membungkuk.

"Karena nggak lagi di sekolah, pak, bapa aja yang urus dia."

"Ya pak, tentu saja akan saya urus."

Pembimbing itu mengangguk.

"Terima kasih pak."

Krett

Guru itu keluar dari kantor.

"Yaudah kalo gitu, kita mulai dari lompat di tempat dan jongkok 50 kali. MULAI!"

pembimbing itu berteriak.

"Iya pak."
Winter mengangguk

***

Karina baru selesai makan dia langsung balik ke kamarnya. Baru aja karina masuk heejin manggil dia.

"RINN. Nih."

Heejin ngasih sabun cuci muka yang di titipin sama orang ke dia.

"Punya lo?"
Tanya karina.

"Bukan. Tadi ada orang yang nitipin ke gue buat di kasihin ke lo."

Heejin melempar hpnya ke bantal dan berdiri.

"Dia cewe, rambutnya pirang trus pendek. Kang winter, kan?"
Tanya heejin.

Karina yang ngedengernya diem beberapa detik sebelum memutuskan buat pergi.

***

Winter yang baru aja selesai di hukum lagi duduk di salah satu kursi panjang yang berada di pinggir taman.

"Pegel banget njing."

Karina melihat winter dari jauh dan mendekati winter.

"Heh."

Winter yang merasa terpanggil mendongak untuk melihat siapa yang memanggilnya.