Fly To Higher and Higher

447 55 23
                                    

Naruto dkk adalah milik Om Masashi

.

.

.

.

Hinata tahu, kebencian hanya akan mempersempit pikiran. Hatinya terlalu lapang untuk mendendam. Tapi Hinata bukan type pemberi kesempatan. Sekali dikecewakan, alarm waspada akan selalu aktif dikepalanya. Hinata akan memaafkan, tapi tidak untuk lupa.

Bodohnya Itachi telah membuat kesalahan fatal. Menghianati sang hime yang telah memberi kepercayaan penuh padanya. Hinata tidak menyalahkan si penggoda karena pada akhirnya Itachi lah yang tergoda.

Tamu tidak akan masuk kecuali diizinkan oleh tuan rumah, bukan begitu?

Hinata mengira tamunya sekedar mampir, siapa sangka ternyata berniat  menumpang. Itachi hanya berbaik hati memberinya tumpangan. Mantan tunangannya memang sangat baik.
Sampai- sampai Hinata yang harus meninggalkan rumah demi kenyamanan sang tamu.

Hubungannya bersama Itachi tidaklah sebentar. Sepuluh tahun cukup untuk mengenal bagaimana perangai satu sama lain. Meski keduanya tidak selalu bersama karena kesibukan masing- masing, tetapi lewat ponsel, mereka saling bertukar cerita.

Atau mungkin memang benar kata pepatah, 'cinta ada karena biasa'.

Ya, Itachi mungkin lebih lama menghabiskan waktu bersama selingkuhannya. Mereka satu universitas, satu tim, pun satu tempat magang.

'Gomen, tetapi... aku mencintai wanita lain'

Kalimat itu bahkan masih terngiang dan terasa menyakitkan hingga sekarang. Bukan Hinata belum move-on, lebih tepatnya trauma berkepanjangan yang membuatnya antisipasi setiap kali ada lelaki mendekatinya.

"Maaf"

Gaara memutus kontak mata lebih dulu. Dokter muda itu tersenyum maklum atas penolakan kesekian kali dari wanita yang sama.
"Aku mengerti"

"Kheh.. wajahmu seolah kau ini korban. Cobalah untuk berperilaku normal. Kau seperti playboy kurang kerjaan"

"Sesuatu yang tidak normal kadang lebih menantang, Hinata. Karena itu aku menjadi dokter bedah"

Hinata mendengus
"Terserah kau saja"

"Apa artinya kau memberiku kesempatan?"

"Tidak!"

Gaara menopang dagu tanpa mengalihkan pandangannya pada Hinata. Sementara yang ditatap memasang raut malas.
Salah satu yang Hinata sukai dari Gaara adalah sikap santainya meski Hinata sempat menolak untuk memiliki hubungan terlalu dekat. Gaara tetap berusaha merangsek masuk dalam kehidupannya sehingga kini mereka bisa mengobrol akrab tanpa  membuatnya merasa canggung.

"Uchiha itu tidak akan menyerah untuk mendekatimu apalagi setelah tahu kalian memiliki Nawaki"

"Anak itu sudah menganggapmu ayah, dia tidak akan mau pria lain"

"Nah, itu dia!, makanya ayo menikah"

"Apa kau tidak bosan mengatakannya?"

"Tidak" dengan santai Gaara meminum lemontea nya, mengabaikan tatapan kesal Hinata. Itu terlalu biasa untuknya. Tidak akan mempan.

"Kau menyia- nyiakan barang bagus , Nona. Kau sendiri tahu kau tidak akan menemukan pria seperti diriku di belahan bumi manapun"

"Oh, maaf. Tapi kau bukan typeku"

"Lalu seperti apa type mu? Si brengsek Uchiha itu?"

"Apa kau mau pesan yang lain?"

"Kau masih mencintainya?"

Broken WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang