A Day With Miracle

336 46 12
                                    

Naruto dkk milik Om Masashi



.


.


.


Minggu yang cerah. Itachi berlari kecil menyusuri tepi sungai dengan setelan kaos dan celana putih. Hampir dua jam ia menguras keringat untuk melenturkan otot-ototnya. Setiap hari pekerjaan menuntutnya untuk duduk di depan komputer. Tentu ia tidak mau merasa tua sebelum waktunya.
Matahari mulai naik, ia memeriksa jam di ponselnya sebelum memutuskan pulang.
B

utuh waktu sekitar tiga puluh menit berjalan kaki hingga ia tiba di rumah.


"Tadaima!"
Itachi terlanjur berucap lantang. Ia lupa jika hari ini akan ada tamu. Beberapa sepatu tampak berjajar di balik pintu. Rekan-rekan Hinata sudah datang.

"Okaeri"
Hinata menyambutnya dengan membawa handuk kecil.

"Maaf, aku tidak tahu kalau mereka sudah datang"

"Bukan masalah besar"

Itachi segera mengelap wajah dan tubuh atletisnya yang basah karena keringat. Setiap gerakannya pasti membuat wanita normal manapun akan berimajinasi kotor.


"Dia benar-benar panas"
Bahkan ketiga rekan Hinata diam-diam mengintip & menatapnya sampai meneteskan air liur.


Broken Wings




Selesai mandi, Itachi mengganti handuknya dengan setelan santai. Pria itu kemudian keluar kamar menuju dapur. Di kulkas ada beberapa makanan yang tinggal dihangatkan. Hinata sedang sibuk, ia tidak akan mengganggunya hanya untuk urusan makanan. Toh selama ini ia biasa mengurus dirinya sendiri.


Ia teringat Nawaki, Itachi tidak tahu apa yang anak itu lakukan saat akhir pekan. Ia berencana akan menengoknya seusai sarapan.





Lelaki kecil itu sedang murung di balkon kamar saat Itachi menghampirinya.
Kedua tangannya memegang kamera. Itachi ingat kamera itu pernah terjatuh saat mereka di Rinnegan


"Kamera mu rusak?"
Sebenarnya Itachi sudah tahu saat memungutnya, ia hanya mencoba basa- basi. Namun Nawaki enggan bersuara, justru semakin menunduk .

"Coba kulihat"

Awalnya Nawaki ragu memberikannya, tetapi ia tahu ia bukan ahlinya.

"Lensanya retak.. Huh.. Bagaimana ini?" Itachi berpura-pura , sedikit menggoda anak itu mungkin menyenangkan.

"A...apa tidak bisa diperbaiki?"

Hatinya berdesir. Untuk pertama kali setelah tahu hubungan mereka, anak itu akhirnya mau bicara meski tanpa menatapnya.
Itachi memasang pose berfikir seolah itu adalah masalah serius.
"Hm.. kurasa akan sulit"

Matanya  menyendu, ia terlihat semakin sedih.
"Otousan akan merasa kecewa... Ini salah ku" gumamnya penuh sesal.

Jadi karena itu dia murung, kamera itu pemberian Gaara. Itachi mengerti sekarang kenapa benda itu begitu berharga bagi putranya.
"Nee, mungkin kita bisa membawanya ke toko kamera untuk diperbaiki"

"Be.. benarkah? Apa bisa?"
Dia begitu senang hingga wajahnya terangkat untuk menatap Itachi.

Pria itu terlalu kaget, juga senang melihat reaksinya
"Kita harus mencobanya"

Broken WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang