Masih minjem charanya Om Masashi.
.
.
Kedua kaki kecilnya mengayun, seirama dengan senandung kecil yang ia gumamkan. Nawaki bertahan menopang dagunya karena sedikit bosan. Sang ibu duduk di sampingnya dan hanya tersenyum.
"Kenapa es krimnya lama sekali?"
"Es krim yang enak harus dibuat spesial. Itu butuh waktu, anata"
Bibir kecilnya mengerucut lucu. Sudah limabelas menit ia menunggu, pesanan favoritnya belum juga datang.
Tapi ia tidak harus menunggu lebih lama lagi. Dua orang pelayan sudah terlihat sedang menuju meja mereka."Silahkan!"
Pelayan itu tersenyum manis, memberi kerlingan pada Nawaki . Pipi bulatnya bersemu, cukup sering bertemu kakak manis itu karena Naruto juga sering mengajaknya makan di sana. Lokasinya tidak terlalu jauh dari apartemen, namun lebih dari itu, makanan yang disajikan sesuai dengan selera mereka.Gadis itu meletakkan satu mangkuk es krim porsi jumbo dengan toping buah- buahan, juga sepiring spagety bolognese untuk Hinata. Keduanya undur diri setelah tugas mereka selesai. Tak lupa Hinata mengucapkan terimakasih.
"Hhmmmmmm... inyi benaa benaa enaaak"
"Telan dulu baru bicara, Aki-kun"
Mereka tampak bahagia. Ini hari libur terakhir musim panas. Juga hari terakhir jadwal cuti Hinata. Liburan berikutnya akan tiba beberapa bulan lagi dan mungkin saat itu jadwal libur mereka tidak sama. Tentu mereka tidak akan menyia- nyiakan moment kali ini. Hinata menghiraukan spagety nya yang mulai dingin. Hari ini ia ingin memberikan perhatian penuh pada putranya. Karena setelah hari ini mungkin ia akan sibuk bekerja dan...
..mengurus hal besar lainnya.
tap.. tap.. tap...
Suara pantofel perlahan mendekat tertangkap inderanya. Perhatian Hinata teralih pada sosok yang baru memasuki restoran.
Uchiha Itachi
Hinata menegapkan tubuhnya. Pria itu kian mendekat ke arah mereka. Hinata berdiri saat Itachi tinggal beberapa langkah lagi. Nawaki berhenti menikmati es krimnya. Jelaga polos itu bergantian menatap ibunya dan seorang paman yang ia kenal. Ia segera turun dari kursi, berojigi sebagaimana atitude yang ia pelajari.
"Hai, Paman. Apa kabar?"
Itachi membalas sapaan itu dengan tersenyum ramah, kemudian ia kembali menatap Hinata yang sejak tadi tidak mengalihkan perhatiannya sedikitpun. Juga tidak mempersilahkannya untuk duduk.
Ia kesini atas undangan Hinata dengan alasan bahwa ini adalah hari libur terakhir mereka."Nawaki"
Anak itu mendongak, menatap ibunya. Hinata menunduk untuk melihat wajah polos putranya , kemudian ia beralih lagi pada Itachi.
"Bukankah kau ingin bermain dengan tousama?"Deg
Itachi membeku. Dadanya mulai bergemuruh. Entah kenapa perasaannya mengatakan ini tidak akan baik.
Sementara Nawaki menatap ibunya bingung. Yang dia ingat tousannya sedang di Suna."Nee, Kaa-san lupa, Tousan sedang pergi ke Suna"
"Nawaki!" Hinata menekan suaranya. Tatapannya masih fokus pada Itachi. Tangannya terkepal untuk menguatkan dirinya sendiri.
"Bukankah kau ingin bersama tousama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Wings
FanfictionBegitu mencintai Itachi hingga membuat dirinya hancur. Dan kini ia membangun benteng sekokoh Himalaya