04

218 25 0
                                    

Musik mengalun pelan melalui earpod yang terpasang di salah satu telinganya. Dengan lihai, kedua tangan itu meracik berbagai bubuk yang dicampur bersamaan hingga membentuk sebuah adonan. Telur dan gula, tepung dan air, semuanya seolah sedang menari didalam mangkuk. Tak ada kekhawatiran akan salah perhitungan, jari-jemarinya terlatih untuk selalu menciptakan kue-kue yang lezat.

ting!

Suara favoritnya berdenting lagi, aromanya menguar ke seluruh penjuru dapur. Ia meninggalkan adonan yang dibuat tadi lalu mengambil sarung tangan anti panasnya, memeriksa kue yang dengan cantiknya mengembang sempurna. Pria itu tersenyum puas, aroma yang dikeluarkan oleh kue buatannya selalu membuatnya senang.

"Hai guys! Kuenya udah matang, nih. Gimana? Kelihatannya menggoda banget, kan?"

Didepan layar ponselnya, Haru mengangkat kue berwarna merah matang, memamerkannya pada para audiens. Membaca cepat beberapa komentar yang dituliskan oleh lebih dari tiga ribu penonton itu.

Ia tertawa sebentar. "Tenang, resep kue anti gagal ini bisa kalian coba langsung dirumah, kok. Seperti biasa untuk kalian semua yang baru gabung, aku selalu cantumin resep baru termasuk kue ini di website yang ada di description box. Kalian bisa cek ya!"

Simbol hati berhamburan melayang dari sebelah kiri layarnya, komentar juga tak henti-hentinya bergerak ke atas. Haru kembali setelah mengambil buah-buahan segar dari lemari pendingin. Stroberi premium yang merah mengkilat, dengan daun yang masih menempel hijau. Wah, ini luar biasa.

Penonton setianya pasti sudah tahu. "Iya bener, nggak lengkap rasanya kalo nggak pake stroberi. Supaya sama dengan nama channelnya hehe." Stroberi adalah Haru, baginya hari belum sepenuhnya berjalan kalau nggak ada buah stroberi. "Stroberi itu sehat tau, dan segar juga!" tambahnya sambil menggigit yang paling besar.

Haru melakukan gerakan seperti bertepuk tangan pelan sebelum menghias kue dengan krim yang sudah ia masukkan kedalam piping bag sebelumnya. Suara plastiknya itu lho, seperti asmr.

"Nah, kalau lagi menghias pake krim begini, kita harus rileks supaya garis yang kita bentuk itu... Apa ya namanya... nggak patah-patah atau mleyot gitudeh." Ada jeda sebentar karena pria itu perlu fokus. "Aku biasanya bikin simple aja, sih, kayak bentuk ombak ini."

Seseorang tiba-tiba membuka pintu disampingnya. Padahal nggak bersuara, tapi Haru tahu saja kalau seseorang sedang menatapnya. Menunggu sampai Haru selesai, ternyata lumayan juga. Lama-lama ia berbisik pelan.

"Pssst... Heh, cuy!" Haru masih berusaha terlihat biasa saja didepan kamera. Biasanya orang itu akan menanyakan pertanyaan receh seperti, 'tadi abang tukang cimol bojot udah lewat belum?' atau 'menurut lo waktu itu gue udah keramas belom sih?' Benar-benar membuat Haru sangat sabar. Kalau di waktu santai sih oke, tapi dia kadang nggak lihat situasi! "Kiw! Nengok dong ganteng."

Haru menahan nafasnya, dia betulan nengok. Bukan karena dipanggil ganteng, tapi biar ini makhluk satu segera berhenti mengganggunya. "Sebentar ya temen-temen, ada iklan."

Haru mengangkat dagunya. "Apa?"

Sadar tatapan Haru jadi galak karena ulahnya sendiri, Acel langsung klarifikasi. "Eits, jangan liatin gue kayak gitu dong. Ada tamu, katanya mau ambil pesanan dia. Kasian dari tadi nungguin."

Haru membulatkan jarinya. Lalu berubah menjadi gestur mengusir. "Sebentar lagi gue selesai."

•••••••••

SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang