08

203 25 4
                                    

Nada-nada pendek terus diputar berulang, dinaikkan notenya sebanyak dua tingkat, lalu diturunkan lagi tiga tingkat. Terkadang ia kesal saat salah menambahkan bass yang terlalu cepat temponya, lalu berdecak karena ada satu nada yang lompat nggak sesuai. Joong beralih menggantung headphone di lehernya. Dari dekat, wajah Joong yang lelah dan kesal itu masih saja terlihat mempesona. Cahaya dari monitor laptop didepannya membuat mata yang tampak berat memaksa untuk tetap terbuka.

Pukul 2 pagi, ia masih terbangun demi menyusun suara-suara menjadi melodi yang diharapkan. Bukan itu tujuan awalnya, sih, dia nggak bisa tidur walaupun lelah dan kepalanya agak pusing untuk tetap bangun. Dia ingin menumpahkan kekesalannya pada sesuatu. Tapi musik itu jadi kacau, karena perasaan sang komposer sedang tidak sesuai dengan genre yang ingin ia hadirkan pada musik itu.

Kosong, tak berjiwa, dan tak bernyawa. Melodinya terdengar kurang pas, terkesan terburu-buru dan nggak beraturan.

Secangkir kopi disesapnya. Lengan yang hangatnya tertular dari suhu pada cangkir itu beralih mengusap wajahnya, ia perlu istirahat sebentar.

Joong melihat isi gelas itu lagi, mengepul asap tipisnya dan menguarkan aroma yang enak. Cukup menenangkan, karena sebagian besar masuk ke indra penciumannya yang sejak tadi nggak berhenti menghela nafas panjang.

Punya pacar dan mau menikahinya, katanya? Lo ini ngomong apa, sih, Joong? Mana ada perempuan yang mau sama lo, apa lagi sampai mau diajak menikah dalam waktu dekat ini? Nambah masalah aja. Mustahil ada, kecuali kalau semua ini cuma mimpi. Semua yang di mimpi, kan, pasti gampang banget dapetinnya.

Perempuan mana coba? Kalaupun ada... kalaupun ada... ya mau dipikirkan selama apapun tetap nggak ada, Joong. Lo mau cari kemana? Lo nggak pacaran dengan siapapun, dan nggak mungkin lo ngajak orang random buat nikah.

Joong membiarkan kepalanya menyentuh meja. Memejamkan matanya, sampai sebuah pikiran yang harusnya nggak melintas malah melintas di saat seperti ini.

"Cowok di cafe itu! Gue punya kontak linenya, kan?" Ia spontan terbangun menegakkan tubuhnya. "Iya, deh, seinget gue waktu itu sempet minta kontaknya."

Begitu dilihat daftar kontaknya, ternyata emang ada.

Foto profilnya gambar lego. Tapi Joong inget banget gimana penampilan cowok itu. Tinggi, punya punggung dan postur yang bagus, bersih, dia juga wangi. Jujur Joong agak terpesona waktu lihat pertama kali. Karena wanginya nggak seperti harum parfum cowok pada umumnya.

"Siapa, sih, tadi namanya?" Memang agak pelupa manusia satu ini. Padahal belum ada satu menit lihatin kontaknya. "Ah, Haru. Unik banget namanya."

Mungkin sama namanya dia sempet lupa, tapi wajahnya enggak. Hidungnya tinggi dan natural, matanya yang waktu itu kaget karena Joong tiba-tiba nembak dia, dan seketika berubah jadi sabit karena ngira semuanya cuma truth or dare. Senyumnya mempesona, indah melengkung tertarik.

Tiba-tiba Joong malu sendiri. Jam malam memang seberbahaya ini ya?

Dia baru sadar bibir Haru lah yang punya warna sama dengan yang dicoba Ran waktu itu.

Kenapa harus perempuan kalo ada cowok yang mau? Secara nggak langsung, dia pacar Joong. Dan mungkin dia bisa membuat ini lebih dari sekedar truth or dare.

"Bangsat! Kenapa lo malah mikirin ginian, sih Joong?!"

Tau nggak rasanya frustasi tapi sambil nahan senyum yang sebenernya udah nggak bisa ketahan? Kalau besok Joong masih senyum senyum juga, fix ini malam terakhir dia dengan kewarasannya.

••••••••

"Gila!"

Joong melebarkan mata dan mulutnya pas dia berniat cek grup SOUL tapi jarinya dengan cepat membuka notifikasi janggal dari aplikasi Line. Ketakutannya semakin menjadi pas liat notifikasi itu berasal dari sebuah pesan yang berbunyi;

Haru: Ini siapa?

Joong nggak sadar berteriak sampai membuat pelayan diluar bertanya apa dia baik-baik saja. Takutnya anak majikannya itu kepeleset sabun atau salah nyalain keran air panas.

Nggak, Joong nggak baik-baik aja. Ini bencana! Masalahnya dia ngetik apaan tadi malem?!

Jsbizjw

Yang bener aja Jsbizjw bahkan bukan sebuah kata!

Ini Joong harus cosplay jadi apa lagi coba demi menutupi kebodohannya? Menangis nggak akan merubah imagenya kalau cowok aneh yang ujug-ujug nembak pacaran waktu itu ternyata adalah orang stress.

Oke tenang, gapapa sementara dia bisa ngelak kalo itu kelakuan kucingnya. Tapi Joong nggak melihara kucing, sih, ya tapi bodo amat lah. Lagi pula Haru masih belum tahu kalau itu dirinya. Bisa jadi mungkin udah lupa juga. Cowok kayak dia nggak mungkin cuma Joong doang yang suka.

Apa? Suka? Noooo. Joong membantah pikirannya yang bikin peryataan tanpa izin. Enak aja, gue masih normal ya.

"Mas, betul nggak apa-apa, kan?"

Dari tadi Joong nggak menyahut apa-apa. Dia harus klarifikasi kalo dia masih hidup, sehat sentosa. Cuma pikirannya aja agak terganggu.

"Nggak apa-apa, bi!"

Selesai mandi Joong langsung berpakaian lengkap. Ngeringin rambutnya dulu pakai handuk sambil ngaca buat mastiin kulitnya baik-baik aja setelah begadang, terus nyalain hair dryer biar cepet kering.

SOUL (5)

Satya mengeluarkan Cio dari grup

Wikra: Lah kenapa dikeluarin goblok

Satya: Ya katanya mau ngomongin surprise

Wikra: Gak gitu anjir keliatan banget jadinya
Aneh ah!

Satya menambahkan Cio ke grup

Satya mengeluarkan Wikra dari grup

Cio: Kenapa ada apa?

Yunan: Gapapa Cio, Satya lagi abis obatnya

Satya menambahkan Wikra ke grup

Wikra: Satya lo anjing sih kalo kata gua

Wikra mengeluarkan Satya dari grup

Lo pada ngapain sih?

Abis ngeliat grup lagi dipake buat lapangan perang jadinya Joong nggak jadi cerita.

Dia balik ngeliatin mukanya di kaca. Ngomong sendiri sambil nunjuk dirinya. You're weird, Joong.

Di sisi lain, Haru ngeliatin layar ponselnya dengan seksama. Melipat cemas satu bibirnya saat ngebaca username NO1LIKEME tanpa foto profil. Dan di detik itu juga dia menyesal udah reply dan segera memblokir kontaknya. Sudah cukup, dia mau kehidupan yang tenang.

SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang