01

503 38 2
                                    

"Apa? Lo udah gila ya?" protes Joong. "Seperti yang lo bilang tadi, gue emang hampir putus asa. Tapi masa gue harus pergi clubbing buat dapet pacar? Gue nggak kayak lo kali, Sat."

Yang barusan bicara dengan nada keras tanpa sadar namanya Jevanuel Tristan Joong. Leader sekaligus synthesizer dari band Soul yang tampan nan rupawan serta begitu diidam-idamkan banyak soulmate diluar sana tapi kabarnya masih single dan lagi ngebet banget punya pacar. Bukan karena tampang dan dompet nggak mendukung, tapi emang standarnya setinggi harapan bangsa.

"Gue tau nama gue Satya, tapi kalo lo manggil gue pake nada kayak gitu gue berasa lagi dimaki-maki tau."

Nah, yang ini namanya Satya Nurmegantara. Cowok berdarah sunda yang kata mamanya paling ganteng se-Indonesia dan punya banyak pengalaman dalam memacari anak orang. Walaupun dia ini anggota band Soul juga—lebih tepatnya megang posisi gitaris, yang namanya hasrat seorang Satya itu udah nggak bisa dilarang lagi. Suka-suka dia aja.

Pembahasan mereka di tempat makan ini udah kemana-mana. Yang satu mau menyelesaikan masalah yang udah kusut banget. Yang satu lagi juga sama, cuma bedanya melalui jalan sesat.

"Nggak, gue gamau kalo kayak gitu. Apaan banget nyari ditempat begituan."

"Ya gimana Joong, lu maunya yang cepet. Percaya aja, lo harus coba minimal sekali deh. Daripada lo tengsin ketemu si mantan, katanya mau balas dendam?" kata Satya panjang lebar. Memang bahaya dia ini, bisa menjerumuskan anak orang.

"Nah, bener tuh. Itu udah cara paling cepet selain lo rental pacar. Tapi rental juga pasti nggak mau, kan?"

Yang ini Wikra. Jangan minta penjelasan tentang dia ini siapa, pokoknya dia member paling ribet deh di Soul. Posisinya megang gitaris samping-sampingan sama Satya, bestie banget makannya jangan heran kelakuannya sebelas duabelas.

"Ya emang. Makannya jangan paksa gue." Capek banget punya temen diluar angkasa kayak mereka.  "Lebih mending gue asal tembak aja orang yang ada disini."

Mbak-mbak yang lagi menyuapkan makanan kedalam mulutnya nggak jauh dari meja mereka sampai menoleh kaget mengelus dadanya. Terlihat syok, dan kembali melanjutkan suapannya, tapi kali ini terburu-buru.

Satya meminum lemon teanya. Belum selesai ditelan, dia sudah menaruh gelasnya. "Ide bagus."

"Hah?"

Joong dan Wikra kompak menoleh kearah Satya.

"Gue tau masalahnya dimana. Karena lo nggak mau sama sembarangan orang selain dengan standar selangit itu, makannya seberusaha apapun lo nggak bakal dapet cewek." Satya memproses keadaan, begitu mendapat sebuah ide dia langsung mengutarakannya. "Tuh, lo liat kulkas yang ada disitu? Lo harus samperin orang yang mau ambil minum dan ajak dia hangout".

Joong ikut melihat ke arah yang di maksud. Ia awalnya berfikiran negatif karena usul itu. Tapi kalau dipikir lagi, nggak ada salahnya juga mencoba. Toh, Joong memang mengakui kriteria pacar idamannya juga berlebihan. Itulah kenapa mendapat pacar yang bagi Satya semudah membalikkan telapak tangan saja ia tidak bisa. Oke, dia tidak punya pilihan lain saat ini. Siapapun yang pergi ambil minum di kulkas itu, bakal dia ajak ngedate. Titik.

Lima menit sudah berlalu, nggak ada siapapun yang bahkan mendekati kulkasnya. Ya iyalah, kebanyakan orang yang ada disini pasti lebih memilih memesan dari menu ketimbang ngambil sendiri. Kenapa juga disitu harus ada kulkas?

SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang