Joong menghela nafasnya, bersiap untuk keluar menemui orang-orang didepan sana. Setidaknya wajahnya sudah nggak setegang tadi, kini ia bisa lebih rileks. Memperbaiki jam di pergelangan tangannya, Joong menyapa singkat rekan kerja dan kolega papa. Makan malam keluarga hari ini dihadiri oleh orang-orang penting termasuk eksekutif perusahaan, mitra bisnis, dan klien vip yang bekerjasama dengan perusahaan papa. Hanya sedikit wajah yang Joong kenali. Keluarganya, keluarga Rania, dan Yunan juga hadir.
"Selamat atas rencana pernikahan putranya, pak."
Samar-samar Joong mendengarnya dari kejauhan, bersahutan dengan suara lain dan musik yang mengalun pelan di salah satu sisi ruangan. Beberapa orang juga membahas terkait perkembangan dan masalah perusahaan, tapi tidak terlalu banyak mengingat acara ini suasananya lebih santai diluar pekerjaan.
Acara keluarga hari ini berbeda, keluarganya dan keluarga Rania akan mengumumkan tentang pernikahan mereka. Atau bisa dibilang, acara makan malam perusahaan sekaligus undangan pernikahan putra dari pemilik perusahaan yang bergerak di bidang investasi dan manajemen aset dengan putri dari pemilik perusahaan pengembangan dan produksi perhiasan mewah. Tentu banyak orang yang senang dengan kabar ini.
"Joong."
Mama mengambil lengannya dan mengajaknya ke salah satu meja, memperkenalkan Joong dengan seorang pria berjas dengan rambutnya yang licin. Joong sedikit bingung untuk menyapa kalau mamanya nggak memperkenalkannya.
"Kenalin ini Noah, suaminya Cinthia, tante Rania."
Joong tersenyum sopan.
Kedengarannya Noah nggak terlalu pandai bahasa Indonesia, ia masih menjeda beberapa kata dan ada aksen pada cara bicaranya. "Saya mendengar kamu terkenal di band kamu?"
"Iya, om," balasnya.
"Anak saya juga suka dengan band SOUL hanya waktu itu saya tidak tahu yang namanya Jevan. Ternyata calon suami Rania." Noah tertawa dengan Cinthia yang masih tersenyum di sebelahnya. Mama hanya sesekali bercanda kecil dengannya. "Hebat, karirmu semoga selalu sukses. Selamat dan semoga lancar atas pernikahanmu nanti ya."
"Terimakasih, om."
Sejak tadi, banyak keluarga dan rekan bisnis dari orangtuanya dan Rania yang mengucapkan selamat, membahas singkat tentang bagaimana mereka bisa bertemu, dan apa yang membuatnya jatuh cinta dengan Rania, dan lainnya. Akan tetapi Rania cukup lama belum kelihatan. Seharusnya dialah orang yang paling senang dengan acara ini setelah papa dan mamanya. Lagipula Joong juga tidak berniat mencarinya. Ia memilih berjalan ke area samping, tempat makanan kecil tersaji. Beberapa waiter tersenyum padanya, ada juga yang mengenali Joong sebagai anggota SOUL tapi tidak berani menyapa.
"Gue harus bilang selamat ke lo, Joong."
Joong menoleh ke arah suara. "Okay?" Yunan juga nggak tahu tentang perjodohan ini, dan Joong mengiyakan ucapan itu. Semoga Yunan bertemu dengan orang yang tepat. Seseorang yang bisa menjaga sahabatnya itu dalam suka dan duka. "Gausah sedih, gue tetep sahabat lo, Yun. Ini cuma nikah, jangan bikin ekspresi kaya gitu. Semoga lo cepet nikah juga."
"Gak mau, gue nggak tertarik sama siapa-siapa."
"Siapa yang tau, lo ketemu sama orang yang bikin lo betah buat terus deket sama dia. Abisnya sendiri terus, gue mau lo ada temennya."
"Kan ada lo," candanya.
"Nggak bosen sama gue terus?"
Yunan memilih mengabaikannya. Lebih baik ia memasukkan sepotong kue daripada menjawab pertanyaan Joong.
Lagi, melihat ke seisi ruangan yang penuh dengan orang-orang yang serius menanggapi perjodohan ini, terasa miris. Yang ia tahu, papa dan mama menjodohkannya dengan Rania melalui diskusi keluarga inti saja. Jadi, tamu di ruangan ini jelas nggak tahu kalau mereka diundang ke pernikahan dua orang yang sebenarnya tidak saling menyukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUL
Romance"Gue berani jamin dia bakal ambil kopi." "Gak. Jangan terlalu yakin dulu. Kalo sampe lo salah, lo harus siap-siap nembak dia." "Hahaha anjir gue harap si Joong salah. Amin paling kenceng!" Gara-gara permintaan paksa kedua orang tuanya, Jevanuel Tris...