Dinamakan Perasaan

459 80 14
                                    

Oke guys aku balik dengan chapter 4 muehehehe... setelah sekian lama gak mood nulis gara-gara galau liat Eren dan Mikasa di fyp tiktok akhirnya aku menemukan mood-ku kembali xixixi...

Btw ngomongin AOT, banyak yang war setelah episode kemarin tayang gara-gara liat scene dimana Jean ngebayangin hidupnya di masa depan. Nah karakter si wanitanya mirip ama Mikasa terus banyak yang ga terima kalo itu Mikasa. Sejujurnya aku sendiri pendukung shipper ErenMika. Tapi semaki ke sini aku sadar aja sih, Mikasa pantas bahagia meski ga sama Eren, dan mungkin Jean emang pilihan yang tepat.

Aku pribadi sedari awal ga masalah, entah Mikasa sm Eren atau Jean karena aku suka keduanya. Mereka dua karakter bertolak belakang yang aku suka. Dan semakin sadar setelah liat ending manga-nya AOT (anjir masih nyesek :'( aja) kalo Jean itu baik banget dan keknya emang cocok buat Mikasa yang masih mencari jati dirinya. Eh malah ngomongin AOT gini jadinya wkwkwk sorii aku bener-bener belum bisa move on dari endingnya di manga.

Anyway jangan lupa vote dan komen untuk chapter ini guys, dan semoga kalian suka dengan chapter ini. Btw aku emang sengaja bikin karakter Sasuke di sini misterius tapi beda dari biasanya, karena sejujurnya aku bosen dengan karakter Sasuke yang pendiam plus misterius. Jadi aku buat misteriusnya masih ada, tapi Sasuke lebih sedikit bawel aja hehehehe

Keadaan Taman Nasional Shiretoko di sini murni dari imajinasi penulis. Jadi, mungkin tidak sesuai dengan keadaan yang nyata. Contoh : jalan menuju taman nasional dan suasana alam.

.

.

Hinata tak pernah tahu isi dari otak Uchiha Sasuke. Bagaimana mungkin pemuda itu memiliki ide untuk membawanya ke Shiretoko? Ia hembuskan napasnya untuk kesekian kali, berusaha mengatur sisa-sisa emosi yang masih bersarang dalam dada. Tangannya memilih ukuran celana dalam yang berjejer di etalase, sembari mencari ukuran yang pas untuk badannya. Beberapa menit yang lalu Ebisu memberitahu jika ada salah satu supermarket sebelum menuju Taman Nasional Shiretoko yang sering didatangi oleh para turis jika mereka mencari perlengkapan sebelum masuk ke daerah taman nasional.

"Bagaimana yang ini?" Tanya Sasuke yang berdiri di depannya.

Mata Hinata membulat saat tangan pemuda itu membawa satu set celana dalam beserta bra. Dengan spontan ia ambil barang itu dari tangan Sasuke sembari menoleh ke kanan dan kiri. "Aku bisa memilihnya sendiri, Sasuke. Kau tak perlu mencarikannya untukku." Desisnya.

"Yah, kupikir kau perlu bantuan. Lagi pula aku akan membayarnya untukmu."

"T-tidak perlu! Untuk baju dan pakaian dalam biar aku saja yang bayar." Tolak Hinata, merasa pemuda itu tak perlu melakukannya.

"Baiklah, terserah. Aku tunggu di luar dengan Ebisu." Sebelum langkahnya menjauh, Sasuke berhenti sejenak. Menoleh ke arah Hinata, "kita akan di sini selama tiga hari. Beli pakaian yang hangat."

Sebelum Hinata sempat protes, Sasuke sudah melenggang pergi keluar. Meninggalkan gadis itu yang akhirnya meluapkan rasa kesalnya kembali. Serius! Setelah ini ia akan membuat perhitungan dengan Karin karena menghasutnya untuk menerima tawaran Sasuke.

.

.

Ebisu melajukan mobilnya dengan lambat saat memasuki jalan masuk menuju vila yang sudah dipesan Sasuke sehari sebelumnya. Di sepanjang jalan hanya bentangan alam yang dapat Hinata lihat, menambah suasana rimbun dengan semakin banyaknya pepohonan. Sesekali Hinata mencoba mengingat apakah ia pernah ke sini atau tidak. Yah, sepertinya ia belum pernah sama sekali menginjakkan kaki ke daerah Hokkaido paling utara ini. Pengalaman liburannya sangat minim di Hokkaido, selain bepergian ke Obihiro ― ke tempat kakek dan neneknya Karin.

Normal PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang