Faker

180 33 12
                                    

Halo guys I'm back!!!!

Semoga kalian enjoy dengan chapter ini ya!! Btw aku ada saran dengerin lagunya Anchor dari Novo Amor saat kalian baca Normal People. Jangan lupa VOTE dan KOMEN yaaa!!! Arigatou!!

Btw chapter ini akan lebih banyak percakapannya yaa

Cr : Pinterest (Manga : Chocking on Love)

.

.

Temari tidak pernah ingat bagaimana ia memiliki hubungan yang absurd dengan Sasuke dulu. Bukan hal berlebihan jika ia menyebutnya 'absurd', karena pada dasarnya semua memang berawal dari hal-hal yang absurd. Sasuke merupakan teman Naruto, yang ternyata salah satu teman dari adiknya, Gaara. Mereka mengambil jurusan yang sama di kampus tempatnya mengajar. Jadi, saat pertama kali Naruto membawa lelaki misterius yang – ah, bagaimana ya Temari menjelaskannya.

Aneh?

Paras tampannya berbanding terbalik dengan gayanya berpakaian, yang acak-acakan? Tapi, entahlah. Pertama kali ia diperkenalkan dengan lelaki bernama Uchiha Sasuke itu, ia tahu jika ia ingin terus menatapnya. Menatap matanya yang misterius, dan terkadang membuatnya kehilangan pikiran barang sekejap. Bisa dikatakan Temari tertarik lebih dulu dengan lelaki itu. Mengabaikan fakta jika Sasuke salah satu teman adiknya – yang usianya lebih muda tujuh tahun darinya.

"Kenapa memilih menjadi pelukis?" Tanyanya pada Sasuke suatu hari. Sebuah pertanyaan basa-basi.

Lelaki itu menyesap rokoknya sembari memusatkan matanya pada terik matahari di luar. Terlihat seperti pembuat puisi yang tengah menerawang perasaan. Menerka-nerka kalimat yang akan dikeluarkannya, yang mewakili perasaan hatinya, yang mungkin saja tidak pernah lugas disampaikan. "Karena aku suka melukis, Temari-san."

"Hahh.. sungguh klasik." Temari ingin tahu lebih dalam tentang lelaki ini. Ia ingat, itu salah satu hari terpanas di musim panas, yang bisa dirasakannya selama hidup di Hokkaido. Suara pembawa berita sebagai latar pengisi kesunyian siang itu. Sesekali ia bisa mendengarkan dengungan suara AC di ruang tengah, membuat Naruto dan Gaara tertidur lelap setelah menghabiskan semangkuk ramen yang dipesannya setengah jam lalu. "Seorang Uchiha yang memilih jalan hidupnya sebagai pelukis. Menarik sekali, bukan?"

Sasuke terkekeh, kembali memandang langit saat hembusan angin menerpa wajahnya. Temari ingat ia bisa mencium aroma cat air yang membuatnya sedikit tenang. "Katakan padaku, siapa pelukis yang kau suka Temari-san?"

"Hhhmmm..." Ia berpikir sejenak, mengingat-ingat nama pelukis yang beberapa hari ia cari tatkala membayangkan Sasuke. "Monet?"

"Cukup adil."

"Maksudmu seleraku jelek?" Temari tak terima.

"Tidak ada karya jelek dalam sebuah lukisan, Temari-san. Semua tergantung selera pribadi."

Semenjak hari itu, Temari selalu menantikan kedatangan Sasuke ke rumahnya. Keberadaan kakaknya yang malah sering di rumah juga membuat Gaara mengernyitkan alis. Memberikan penekanan jika Temari salah satu dosen yang tidak berdedikasi pada murid-muridnya. Temari tak memikirkannya, ia merasa cukup dengan mengawasi pekerjaan murid-muridnya dari rumah. Toh, ia bersama Asuma-sensei sudah bekerja sama cukup lama. Asuma-sensei tak terlalu mempermasalahkan ketidakhadirannya.

Dan pada akhirnya, timbul perasaan absurd dalam hatinya. Perasaan yang ternyata diterima oleh Sasuke – setidaknya itu yang ia yakini, dulu.

.

.

Melihat lelaki itu sekarang terasa berbeda. Sorot matanya berubah. Sepertinya tak setajam dulu, entahlah. Sorot matanya sedikit menghangat. Pagi itu Temari mendapati Sasuke yang tengah duduk di taman jurusan Arkeologi. Sosoknya sangat mudah dikenali dengan kepribadiannya yang memang sedikit eksentrik. Membuat kaki Temari seperti digeret medan magnet, melupakan persoalannya, dan menemui lelaki itu.

Normal PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang