Sebuah Rencana

278 44 11
                                    

Halo guys gimana kabarnya? Ada yang masih nunggu cerita ini gak?

Maaf kalo update lama, tapi emang butuh motivasi untuk nulis cerita hehehe. Ini chapter terbaru dari Normal People ya, jangan lupa vote dan komen :)

Note : Gambar diambil dari panel manga berjudul Tsubaki Chou Lonely Planet.

Moga kalian suka dengan chapter ini :)

.

.

"Halo, Hinata-chan!"

Mata Hinata membelalak saat pria pirang itu tiba-tiba memeluknya tanpa aba-aba. Memeluknya erat seolah mereka adalah keluarga. "Ini, minumlah!" Pria itu memberikan beer dingin yang dibawanya dari tadi.

Suara lengkingan terdengar keras saat beberapa ibu-ibu di luar sedang berkumpul. Dan ia tahu salah satu di antaranya ada ibunya. Ia hanya menghela napas, merasa jengah dengan sikap ibunya di saat seperti ini. Tapi, apa boleh buat? Ia harus merelakan satu malamnya untuk berkumpul di acara Bibi Kushina demi ulang tahun wanita itu. Ibu dari si pria pirang yang tadi memeluknya.

"Kau sudah mencoba makanan di sini?" Tanya Naruto kembali.

Hinata mengangguk, "sudah, sudah. Aku tak akan ketinggalan untuk mencobanya hahaha..." Ia memejamkan mata, berusaha mengatur napas pelan-pelan untuk peran yang akan ia tampilkan malam ini. "Omong-omong, tamu Ibumu sangat banyak ya."

Naruto mengangguk sembari meminum beer di tangannya, "maka dari itu kami memindahkan acaranya ke tempat ini."

Mata Hinata menatap sekeliling, mengamati taman luas yang dijadikan venue acara malam ini. Rumah Bibi keluarga Uzumaki memang sangat luas jika ditambah dengan private garden dan kolam renang di belakang. Wahh... sepertinya Bibi Kushina sangat totalitas, batinnya. Ia alihkan matanya pada wanita berambut merah yang asyik mengobrol bersama dengan ibunya di depan sembari menerima tamu yang terus datang. Seketika bibirnya tersenyum tatkala melihat siluet perempuan berkacamata yang hadir bersama kedua orang tuanya. "Karin!"

Perempuan itu menoleh dan menampilkan senyuman lebar. Ia memeluk Hinata erat, "kau cantik sekali malam ini." Pujinya.

Hinata merona, "masih kalah sih, jika dibandingkan denganmu, tapi, terima kasih."

"Gila! Berapa banya orang yang diundang ibumu, Naruto?" Tanya Karin yang ikut-ikutan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia pikir jika di sini sudah ada lima pulu orang lebih.

Pria pirang itu tertawa kecil sembari menggaruk belakang lehernya. "Sebenarnya ibuku mengundang lima puluh orang, tapi sepertinya bertambah sedikit."

Kedua perempuan itu hanya melongo menatapnya. Walau begitu Hinata tak heran, tentu saja Bibi Kushina akan mengundang orang sebanyak ini untuk perayaan pesta ulang tahunnya. Pesta ulang tahun abad ini, Hinata! Kata ibunya berulang kali sebelum mereka berangkat. Saat jam menunjuk angka tujuh malam, gerombolan tamu semakin padat. Bahkan ia bisa melihat tumpukan kado di meja dekat pintu utama sudah menjadi dua meja besar. Janda satu ini benar-benar hebat.

Karin mengajaknya untuk duduk di dekat kolam renang sembari mencicipi kudapan yang dibawa terus menerus dari dapur. Mungkin memang sebaiknya ia hanya fokus pada makanannya saja malam ini, daripada repot-repot memikirkan tingkah ibunya yang sudah menggila. Biarkan saja. Terlepas dari acara ini milik Bibi Kushina, ibunya juga senang mengingat ada 'seseorang' yang ingin ia kenalkan pada Hinata.

"Aku cukup kaget melihatmu di sini. Kupikir kau akan menolak ajakan ibumu." Celetuk Karin sembari memakan brownis yang diambilnya. Malam ini Karin mengenakan dress hitam selutut dengan rambut yang disanggul sedikit. Kacamatanya yang tak ia lepas justru menambah aura misterius dari wanita itu.

Normal PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang