Halo guys lama banget gak aplod cerita ini hahahaha
Semua informasi yang ada di cerita ini murni dari hasil riset penulis dari google (i know wkwkwk). Jadi, kalau ada kesalahan informasi tolong dibenarkan.
Gambar di atas diambil dari salah satu panel manga Daytime Shooting Star.
Hope you guys enjoy this chapter :)
.
.
Hinata menatap datar Sasuke yang menatapnya dengan tatapan sama. Butuh waktu sekitar satu menit untuk menganalisis apa yang sedang terjadi saat ini. Lelaki itu menatapnya dengan tatapan 'apa?' khas andalannya, mengenakan kaos longgar dan celana pendek dengan rambut yang masih acak-acakan sehabis bangun tidur. Oke, mari kita flashback sebentar untuk melihat fenomena ini lebih detail.
.
"Kau yakin janjiannya jam segini?" Ibunya menguap sembari menyalakan tv untuk melihat siaran berita di Sabtu pagi yang sedikit mendung hari ini. Matanya mengamati Hinata yang sedang sibuk memasukkan berbagai buku-buku ke dalam ransel besarnya, mencopot charger laptop kemudian memasukkannya ke dalam ransel. Mengisi air putih di botol besar, tak lupa memasukkan cemilan berenergi yang mungkin saja diperlukan, mengingat ide-ide Sasuke ke tempat yang terlampau normal.
Hinata mengangguk, "aku ingin jaga-jaga saja. Karena sepertinya aku akan pulang besok, dan aku masih tidak tahu dia akan membawaku kemana." Hinata sedikit berdecak karena hampir saja ia lupa ponselnya yang masih ditaruh di meja depan tv.
"Memangnya kalian ada project apalagi kali ini? Mau ke Shiretoko lagi?" Tanya ibunya dengan wajah masih mengantuk, namun juga penasaran.
"Eerr... ada lah, Bu. Aku sulit menjelaskannya."
Tak berapa lama kemudian Hinata sudah siap, ia mematutkan diri di depan cermin. Celana baggy yang tidak kedodoran seperti milik Sasuke, kaos oversize yang cocok dipakai di cuaca seperti ini. Tak lupa ia membawa topi bucket kesayangannya saat melakukan penelitian di luar. Ransel yang sudah terisi dengan berbagai buku dan beberapa cemilan yang akan menunjang selama dua hari ke depan. Ia mengambil kunci mobil, kemudian berpamitan pada ibunya yang memeluknya erat sembari tersenyum.
Baiklah, Hinata. Jika dipikir-pikir tidak ada salahnya menuruti kemauan Sasuke, asal lelaki itu membayarnya. Toh uang sebanyak itu lumayan sekali untuk menambah pemasukannya. Ia tak harus mengemis kepada ayahnya jika mendapat pemasukan dari luar, dan pastinya dari jerih payahnya sendiri. Jam di dashboard mobil menunjuk angka 06.00 pagi. Seperti yang dikatakan Sasuke kemarin di kantin, lelaki itu memintanya untuk pergi ke alamat dituju, tanpa memberitahu lebih lanjut. Lelaki itu hanya berpesan, agar Hinata jangan datang kesiangan. Kurang lebih di jam sama seperti pertama kali mereka pergi ke Shiretoko.
Hinata melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang sembari terus melihat google maps, mengamati jalan dengan benar agar ia tak tersesat. Sasuke tak memberitahu tempat apa ini, namun dilihat dari peta sepertinya itu perumahan dekat Museum Hokkaido. Mungkin memang ia harus menjemput lelaki itu dulu. Mobil itu belok ke kiri, menyusuri perumahan yang cukup asri. Ia melihat kanan kiri kemudian menemukan rumah yang cukup sederhana, dengan nomor 8 dan bercat putih.
Hinata melangkahkan kakinya ke arah teras, kemudian menekan tombol rumah.
Suara pintu terbuka.
Dan muka Sasuke yang baru bangun tidur sebagai ucapan selamat datang, entah mengapa membuatnya tercenung. Matanya mengamati penampilan lelaki itu dari atas sampai bawah. Sasuke yang ditatap lama oleh Hinata, kemudian menggaruk belakang kepalanya. "Apa?"
"Kau baru bangun?"
Sasuke mengangguk, "pagi sekali kau ini."
"Tapi kau yang bilang jamnya kurang lebih sama dengan pertama kali kita pergi ke Shiretoko."
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal People
Fanfiction"Sasuke, memang menurutmu aku seperti apa?" ".... Entahlah. Kau seperti lukisan abstrak sebenarnya. Seperti lukisan-lukisan milik Wassily Kandinsky." Oh, percayalah. Hinata tak kenal dengan nama itu. "Kalau aku? Menurutmu aku seperti apa?" Rumit se...