10. Lost trust

835 77 1
                                    

Annyeong Haseyo!🗿✌🏿
Yuk,sebelum baca jangan lupa vote dulu ya-!
Biar author semangat buat wpnya.
Terimakasih-!♡
_________________________

Jaemin membuka pintu rumah dengan sangat pelan. Sangat pelan,hingga decitan pintu pun terdengar sangat lirih. Ia takut ketahuan oleh ayahnya,namun usaha itu sia-sia. Donghae tengah membaca majalah di ruang tamu. Jaemin yang melihat Donghae meliriknya dengan sangat tajam,hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Dari mana saja kamu?" Suara berat Donghae membuat jaemin bergidik.

"Dari rumah sakit yah" lirih jaemin. Ia masih menundukkan kepalanya, tak berani menatap wajah sang ayah.

"Mau ngapain kamu ke rumah sakit? Mau cek penyakit mu?"

Jaemin membelalakkan matanya,ia tak tahu kalau ayahnya tau tentang penyakitnya.
"A—apa maksud ayah?"

Donghae blak-blakan,ia melihat ke arah lain. Tak seharusnya ia berbicara seperti itu. "T—tidak apa-apa,sudah! sana masuk ke kamar. Kau tidak boleh makan hari ini."

Jaemin tersenyum tipis. "Aku tau" lirihnya,lantas berjalan ke lantai atas.

Donghae melirik jaemin sekilas. Lalu, berjalan ke dapur. "Kenapa aku bisa bicara seperti itu ya?" Gumamnya.

Jaemin merebahkan dirinya di kasur empuk miliknya. Pandangannya menatap hampa ke arah langit-langit kamarnya. "Gue kira ayah ga bakalan tau tentang penyakit ini," lirih jaemin. "Kayaknya memang gue udah gabisa bikin ayah percaya, kalau yang bunuh bunda bukan gue"

Jaemin bangkit dari tempat tidurnya dan membuka laci nakasnya. Ia mengambil secarik surat yang di bungkus rapi dengan amplop nya. Jaemin terdiam sejenak ketika mengingat kembali perkataan Taeyong waktu itu. "Kanker hati ya? Hm, yang hanya bisa gue lakukan hanyalah kemoterapi, tapi gue aja gamau kemoterapi.. pasti bakal sia-sia" jaemin menghela nafas berat.

"Kapan tuhan jemput gue?" Lirihnya sambil menatap kosong langit-langit kamarnya.

Jaemin merenung agak lama sampai handphonenya yang ada di atas nakas bergetar. Jaemin melirik sekilas ponselnya,melihat siapa yang menelepon nya. "Haechan.." gumamnya.

Jaemin mengangkat telepon dari haechan "yeoboseyo?" Panggil jaemin setelah sambungan telepon tersambung.

...

Hening,tak ada jawaban dari haechan. Namun beberapa detik kemudian terdengar helaan nafas berat dari haechan. "Ga usah pura-pura baik-baik aja deh lu,gue tau lu pasti di pukuli sama jeno kan?"

Jaemin terdiam mendengar pernyataan dari haechan. "Kok—" ucapan jaemin terpotong karena haechan menyelak ucapannya.

"Kok gue tau itu semua?" Tanya haechan tepat sasaran. Haechan tertawa kecil, karena tak ada sahutan dari jaemin. "Gue tau semuanya,gue udah tau sifat jeno, apalagi kemaren lu pingsan gara-gara jeno ngelemparin lu pake bola basket. Dan dia masuk bk,pasti jeno bakal balas dendam ke elu."

Jaemin mengigit bibir bawahnya. Ia tak tahu harus mencari alasan apalagi. "Iyaa,tapi gue gapapa kok sumpah! Gue baik-baik aja"

Haechan tertawa kecil sebelum ia menghela nafas lagi. "Gausah bohong. Luka lu ga terlalu parahkan? And gue ada kabar baik buat lu"

"Apa?" Tanya jaemin.

"Kondisi renjun mulai membaik,kata dokter 3/4 hari lagi renjun bisa pulang,lu ga perlu khawatir soal renjun. Ada chenle dan gue di sini buat jagain renjun" Titah haechan, supaya jaemin tak terlalu khawatir soal renjun. "Lu istirahat aja, kalau mau kesini nanti siang. Sekarang lu istirahat"

Snow || Na Jaemin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang