16. Case

988 77 2
                                    

Annyeong Haseyo!🗿✌🏿
Yuk,sebelum baca jangan lupa vote dulu ya-!
Biar author semangat buat wpnya.
Terimakasih-!♡
_________________________

Jaemin kembali ke rumahnya sekitar pukul 09.00 malam,yeah seperti biasa.

Malam dengan penuh penyiksaan bagi Jaemin, ayahnya lagi-lagi menghajarnya. Ya, karena jeno.

"Kau, dasar anak tak berguna!" Maki Donghae yang tengah memukuli jaemin.

Jaemin yang merasa tak tahu apa-apa cuma bisa pasrah. "Apa salahku?" Lirih jaemin.

Donghae berhenti memukuli jaemin, "Salahmu? banyak. Kau telah membunuh istri saya dan sekarang,kau membiarkan anakku di bully sama geng berandalan. Aku tau kau pasti melihatnya kan tadi?! tapi kenapa kau tidak membantu jeno, sialan."

Jaemin terkekeh mendengar ucapan sang ayah. "Aku membunuh bunda?" jaemin tertawa kecil. "Apa kau melihatnya secara langsung?! tidakkan? kenapa kau menyalahkan ku? kalau di ingat² sih jeno yang membuat bunda terbunuh"

"JAGA MULUTMU LEE JAEMIN!!"

"Aku bicara fakta! Jeno penyebab bunda terbunuh!! kalau Jeno tak pingsan pas kejadian itu. Bunda pasti bisa keluar dari mobil! APA KAU TAU? AKU SUDAH BENAR-BENAR MUAK DI SALAHKAN TERUS" Jaemin bangkit,lantas berjalan ke kamarnya. Meninggalkan sang ayah yang masih membeku di tempat.

"Apa yang di katakan oleh jaemin itu benar?" gumam Donghae.

Jaemin menatap pantulan dirinya di cermin. Sangat-sangat mengenaskan, banyak luka dan lebam di sekitar wajahnya.

"Ck, kebahagiaan? apa itu kebahagiaan? yang ku tahu hanyalah sebuah lelucon semata, kenapa semua orang bilang aku butuh kebahagiaan? yang ku butuhkan adalah keadilan. Bukan kebahagiaan"

Jaemin membasuh mukanya dengan air dingin. Lalu, membersihkannya dengan alkohol.

"Baru juga kering, sudah di tambah luka baru"

Jaemin menghela nafas panjang. "Walaupun gue ngeluh capek juga ga guna" Jaemin menatap pantulan dirinya di cermin. "Ah sudahlah, mending gue tidur aja"

 "Ah sudahlah, mending gue tidur aja"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jaemin~ah,mari ikut bunda.. Kamu sudah terlalu lelah di dunia ini, genggamlah tangan bunda dan mari kita pergi bersama kamu akan bahagia di sana"

Jaemin menghela nafas kasar,dia terbangun dari tidurnya. "A—apa yang barusan terjadi? bunda mengajakku pergi? tapi kemana?" Kepala jaemin terisi oleh pertanyaan-pertanyaan mengenai kejadian tadi.

Ia menetralkan nafasnya,lantas menatap jam. "Masih jam 3" gumam jaemin.

"Tapi kenapa gue bisa mimpi kayak gitu? aneh." Jaemin menoleh ke arah jendela kamarnya, "Gue lupa nutup gorden jendela ternyata, aish.. kenapa bisa lupa sih" Jaemin menggeleng-gelengkan kepalanya.

Snow || Na Jaemin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang