7. Yang Dituruti

942 110 10
                                    

Beberapa bulan yang lalu ....

Rudra menghela napas panjang sembari berpangku tangan di sebuah pantai Jogjakarta pada sore hari. Embusan angin membelai rambutnya yang berwarna kecoklatan, sontak membuat Rudra memejamkan matanya sekilas.

Jogjakarta memang tempat yang nyaman dan menenangkan, tapi apalah arti semua itu jika tiada kehadiran Asmara di sini.

Kadang-kadang, kalau Rudra sedang jalan-jalan sendirian dengan motor vespanya, entah itu ke pantai, ke gunung, keliling wilayah Jogjakarta, atau sesederhana nongkrong di warung kopi, ia kerap kali merindukan teman-temannya di Jakarta sana.

Tapi, Mama bilang, tempat Rudra adalah di Jogjakarta, bukan di Jakarta. Rudra yang tidak setuju dengan hal itu pun protes yang membuat Mama mengesah pelan.

"Udah, pokonya di sini. Titik," kata Mama.

"Tapi temen-temen Rudra ada di Jakarta semua, Ma. Temen-temen Mama juga ada di sana 'kan? Kenapa enggak pindah aja?" Rudra yang waktu itu masih berumur lima belas tahun pun merengek.

"Teman-teman Mama ngungsi dari Bogor ke Jakarta kan, Ma. Dante bilang Tante Lusa sama Om Xero pindah ke Jakarta biar Om Xero gak perlu makan waktu lama buat ke bandara. Terus keluarga Rayyan juga ikut pindah karena Papskinya kerja di Jakarta. Kalau Bang Narran, mereka pindah karena Papinya pengen ikutin keluarga Dante. Keluarga Osiris aja bahkan sampe pindah loh, Ma. Masa keluarga kita enggak sih?"

"Nah, tuh kamu tau. Apa alasan kita buat pindah, Rudra?"

"Ya biar aku bisa deket sama Asmara lah, Ma!"

Luana── Mama Rudra, berkacak pinggang sembari menggelengkan kepala. "Asmara lagi, Asmara lagi."

Rudra cengengesan. "Sekalian biar aku bisa main sama Dante dan teman-temannya, Ma."

Luana tak menggubris ucapan Rudra. Dia bangkit dari sofa dan berjalan santai menuju dapur, lalu mulai mengambil bawang dan mengupasnya.

Rudra mengekori Luana. "Ayo pindah dong, Ma."

"Enggak, Rudra."

"Pindah ya, Ma? Pasti bakal seru kok! Rudra berani jamin Mama pasti bakal seneng bisa ketemu sama temen SMA Mama lagi!" tawar Rudra.

Luana menggeleng-geleng sembari tersenyum tipis.

"Nanti Rudra bilang ke Tante Lusa buat temenin Mama tiap hari. Kata Dante, Tante Lusa suka belanja terus nonton film. Mama juga suka itu kan? Iya kan? Di sini Mama enggak ada temennya, tapi kalo di Jakarta kan ada Tante Lusa, hehe." Rudra masih berusaha membujuk Luana.

"Mama emang enggak punya temen buat diajak belanja dan nonton di sini, tapi kan Mama punya Papa kamu," balas Luana.

"Ya kan beda, Ma. Papa cowok, Tante Lusa cewek."

Luana tak menjawab yang membuat Rudra malah merengek sambil menarik-narik ujung kausnya.

"Ayolah, Ma. Rudra kesepian di sini."

"Abangmu kan ada, Sayang."

"Tapi kan Bang Javas udah mau kuliah, Ma."

"Tetep nggak bisa, Sayang."

"Kok gitu sih, Ma? Mama kok jahat banget sama Rudra. Ayo pindah rumah dong, Ma. Lagian ngapain juga sih di sini? Nggak asik banget!"

"Kamu kan tau sendiri Mama harus jagain nenek yang lagi sakit."

"Yaudah kalau gitu Nenek ikut kita pindah ke Jakarta aja, Ma."

Luana menggeleng-geleng. Dia beralih ke wastafel untuk mencuci sayuran dan bawang yang barusan dia kupas.

3. Golden SonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang