9. Yang Diam-diam Diperhatikan

671 75 4
                                    

Gale sampai di kelas bertepatan dengan kedatangan dosen hukum pidana yang akan mengajar hari ini. Mereka berpapasan di daun pintu. Wajah dosen itu tidak tampak senang melihat Gale yang datang terlambat, juga tatapan sinisnya terjatuh pada sketchbook yang berada di tangan Gale. Cowok bertubuh jangkung itu merutuk dan segera duduk di kursinya. 

"Oke, kita mulai kelas hari ini dengan studi kasus baru. Saya tidak akan mengabsen satu-persatu mahasiswa dan mencatat siapa saja yang datang terlambat." Dosen pria itu melirik ke arah Gale sekilas. "Karena saya ingin tau seberapa jauh kalian bisa memperbaiki kebiasaan tidak disiplin tersebut dan kesadaran betapa berharganya waktu." 

Seluruh insan yang berada di kelas ini berseru serempak, "Baik, Pak Dalvin!" 

Pelajaran pun dimulai. Dosen hukum pidana bernama Pangeran Dalvin Adhilino itu mulai menjelaskan beberapa hal tentang hukum pidana, seperti pasal KUHP, SOP para penegak hukum, dan sistem terkait masa hukuman terdakwa. 

Gale tidak pernah suka dengan pelajaran hukum pidana, juga dengan dosennya. 

Di menit ke dua puluh, perhatian Gale teralih pada sketchbook di sampingnya. Ia membuka buku berukuran A4 itu. Sorot matanya yang setajam mata burung elang memperhatikan setiap lembaran berisi sketsa hasil buah tangannya sendiri. Seketika hati Gale mulai menghangat, perasaan ingin menggambar mulai membuncah hingga tanpa sadar sebelah tangan Gale meraih pensil dan menyoretkannya pada lembaran kosong.

Sambil fokus membuat sketsa, samar-samar Gale mendengar dosennya berbicara di depan kelas. 

"Mawar menjadi tersangka utama pada sebuah kasus pembunuhan berencana. Sang korban, kita sebut saja Melati, masih memiliki hubungan dengan mantan kekasih Mawar. Diduga, motif atas pembunuhan yang dilakukan Mawar adalah karena rasa cemburu pada kedekatan Melati dengan mantan kekasihnya yang masih ia cintai. Dari bukti yang ada, ditemukan noda tapak sepatu di tulang rusuk Melati yang membuat dua tulang rusuknya patah. Juga racun sianida yang membuat nyawa Melati melayang. Namun, pada persidangan, ternyata Mawar tak terbukti bersalah. Pembela dari Mawar berhasil menemukan bukti-bukti baru sekaligus tersangka pengganti yang bisa dipastikan bahwa dialah pelaku sesungguhnya.

"Dari bukti yang ada, kita sebut saja, Budi, mencampurkan bubuk sianida pada minuman Melati dan menginjak bagian tulang rusuk melati hingga patah. Ada pun bukti lain yang menyatakan bahwa Budi yang tak lain dan tak bukan adalah mantan kekasih Melati, melakukan kekerasan, pemalsuan barang bukti, dan pelecehan pada Melati beberapa bulan sebelum kematian Melati.

"Pada persidangan, hakim menjatuhkan hukuman berlapis pada Budi."

Dalvin di depan sana tak sengaja mengalihkan perhatiannya pada Gale yang tampak sibuk menyoret-nyoret sketchbook-nya. Ia menghela napas panjang yang sontak membuat perhatian semua mahasiswa pun tertuju pada Gale.

"Galev Eldrin!" panggil Dalvin dengan suara keras. Gale mendongak. "Pasal apa saja yang dijatuhi hakim pada Budi? Dan berapa lama masa hukumannya?"

Gale seketika mematung. Ia menutup sketchbook-nya secara perlahan sembari melirik sekilas pada semua orang yang kini tengah menatapnya.

"Maaf, bisa diulang?" ucap Gale dengan kenang berkerut.

"Pasal berapa saja, Galev Eldrin," tekan Dalvin.

Gale tidak ingat jelas semua ucapan Dalvin. Ia berkata apa yang dia tahu, "Pasal ... 340 KHUP tentang pembunuhan berencana."

Gale melanjutkan ucapannya dengan ragu-ragu. "Pasal 351."

"Ayat berapa?" tanya Dalvin.

"Ayat dua," jawab Gale.

"Pasal tersebut menjelaskan tentang apa?"

3. Golden SonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang