3. Putra-putra Emas

3.2K 253 54
                                    

Haiiii! Aku mau tau dong, kalian lebih suka cerita yang isi satu chapternya panjang atau pendek?

Saranku, lebih baik baca sambil muter video di mulmed biar feel-nya lebih kerasa (apalagi pas bagian Dev 😉👍)

Vote+komen buat next yaaa

Happy reading 💖

* * *

Dev membuka kelopak matanya dan langsung disuguhi pemandangan hamparan padang rumput yang luas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dev membuka kelopak matanya dan langsung disuguhi pemandangan hamparan padang rumput yang luas. Ia menyapukan pandangan ke sekeliling dengan jari-jari tangan yang masih menekan tuts piano.

Iya, sekarang dia sedang berada di atas bukit; duduk di depan piano dengan jari-jari menciptakan melodi yang berjudul Sicilliana karya Ottorino Resphigi.

Sorot mata Dev kembali pada bilah-bilah piano. Pada saat itulah suara tawa seseorang terdengar. Dev mengalihkan pandangannya lagi. Jauh di depannya sana, terlihat seorang gadis dengan gaun berwarna putih tengah berlarian bersama seekor anjing yang juga berwarna putih di belakangnya. Gadis itu berambut panjang, ikal, dan kecoklatan. Di tangannya terdapat keranjang kayu berisi bunga-bunga. Wajah gadis itu memang tidak terlihat, tapi Dev yakin pasti gadis itu cantik dan menawan.

Tanpa sadar Dev menyunggingkan sebuah senyuman kecil. Ia ingin berhenti bermain piano dan berlari mengejar gadis itu, tapi terakhir kali Dev melakukannya, tempat ini seketika hilang bersama sang gadis. Jadi, bisa Dev simpulkan bahwa dia hanya bisa pergi ke tempat ini saat ia sedang memainkan piano saja.

Dev tidak masalah. Selagi ia bisa melihat gadis itu berlarian dengan tawa, atau memetik bunga-bunga sembari menyenandungkan sebuah lagu, atau pulang ke rumahnya di bawah pohon itu, ia akan terus bermain piano setiap saat.

Dev kembali memejamkan matanya sembari terus menekan tuts piano. Saat dia sedang tenggelam dalam pikirannya, sebuah seruan terdengar.

"WOI ASU!"

Dev berjengit dan membuka mata. Saat itulah hamparan padang rumput beserta gadisnya lenyap begitu saja.

"Sumpah gue kira lo lagi ngigo maen piano!"

Dev menoleh dengan kesal. "Siapa yang nyuruh lo masuk ke ruang musik gue tanpa izin?"

"Anjir ngeriii ngeriii." Dante yang berdiri di sebelahnya pura-pura bergidik takut. "Ya abisnya gue panggil-panggil lo kagak keluar. Yaudah gue masuk aja. Eh taunya lo lagi tidur."

"Gue enggak tidur, Dante. Gue lagi main piano."

"Lo lagi tidur sambil main piano!"

"Gue-gak-tidur," tekan Dev, horor.

Dante mengibaskan sebelah tangannya cuek. "Serah lo dah."

Dia lalu berbalik dan berjalan keluar ruangan, tapi sebelum kakinya melewati ambang pintu, Dante menolehkan kepala ke arah Dev. Sebelah tangannya mengibas.

3. Golden SonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang