haloo!
minal aidin wal faizin. mohon maaf lahir dan batin 🙏
gimana nih? kemaren dapet THR berapa? cukup gak buat beli mobil? wkwkwk
karena komentar di part kemarin sepi, aku minta tolong di part ini perbanyakin spam komen yaaa biar aku jadi makin semangat update-nya 😥💗
happy reading 💗
* * *
Javas baru saja keluar dari lift sewaktu ponselnya berdering panjang, menandakan ada telepon masuk. Ia segera mengeceknya dan langsung tau bahwa mamanya── Luana, yang menelpon.
"Halo, Ma?" ucap Javas sembari berjalan ke arah apartemennya yang berada di ujung.
"Hai, Sayang. Kamu udah pulang?"
"Ini mau ke apartemen. Mama sama Papa nggak papa kan?"
"Eh nggak papa kok. Mama cuma mau mastiin aja, Rudra udah baikan belum, Mas?"
Javas mengernyit. "Hah? Emang Rudra kenapa, Ma?"
"Loh? Tu bocah lanang nggak ngasih tau kamu tah?"
"Kenapa, Ma?"
"Tadi pagi Rudra nelpon Mama, katanya dia meriang. Mama suruh dia minum obat, tapi katanya obatnya nggak nemu. Jadi, kalau kamu udah sampai ke apartemen tolong cariin obatnya ya, Mas. Sama sekalian bikinin makanan yang berkuah. Soalnya Rudra paling nggak bisa makan makanan kering apalagi pas lagi sakit."
Javas menghela napas. Bocah satu itu terkadang memang suka membuat orang khawatir.
"Nanti biar Javas yang urus," jawabnya.
"Oh iya, Mama denger kamu sempet bawa cewek ke apartemen ya?"
"Hah?" Javas berhenti berjalan saking terkejutnya.
"Ada orang yang bilang kalo kamu bawa cewek ke apartemen. Pacar kamu toh, Mas?"
"Mama dapet kabar burung dari mana? Javas nggak pernah bawa cewek ke apart, Ma. Pacar aja nggak pernah punya," kata Javas. Dia lanjut berjalan sembari menggeleng tak habis pikir. Entah siapa yang menyebar gosip aneh seperti itu.
Terdengar suara helaan napas dari Luana. "Gitu toh, Mas. Mama kira pacarmu. Padahal Mama udah seneng loh."
"Seneng kenapa?"
"Udah hampir 22 tahun, Mas. Kamu enggak pernah ngenalin cewek ke Mama."
"Javas kan emang enggak punya pacar, Ma."
"Ya cari, Mas. Kamu ini kan pinter, pekerja keras, bertanggung jawab, dewasa, pengertian, masa depannya terjamin, mustahil kalo nggak ada cewek yang mau sama kamu, Mas."
Javas bingung harus jawab apa. Kini dia berhenti di depan pintu apartemennya, tapi belum berniat membuka pintu karena masih terlibat pembicaraan dengan sang mama. Kalau dia bertelepon di dalam, Rudra pasti akan merecoki. Mungkin, Javas memang sesempurna apa kata orang. Hanya saja, untuk berpacaran, Javas masih tidak memiliki minat. Menurutnya punya pacar itu merepotkan.
"Mama nih khawatir sama kamu loh, Mas. Kamu kan ngerantau, jauh dari Mama sama Papa. Mama pikirnya, kalau kamu punya pacar ... kan bisa jagain kamu di sana. Itung-itung ngegantiin Mama──"
"Ma," potong Javas. "Rudra muntah. Teleponnya Javas tutup dulu ya."
Sebelum Luana menjawab, Javas sudah lebih dulu memutuskan sambungan teleponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
3. Golden Sons
Novela JuvenilGolden Sons dikisahkan sebagai perkumpulan putra-putra kaya raya yang terlalu banyak tingkah hingga mereka dikecewakan oleh semesta. ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ *** "Kaya raya itu enggak selalu tentang uang, Cantik." ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ *** "Iya emang semesta ja...