KATA AUTHOR:
Akhirnya kelar PTS wkkw.
Mari sobat jejak penyemangatnya :*[] [] []
Tampaknya dua bulan lebih berlalu cepat. Seperti kedipan mata pada mesin waktu—banyak hal terjadi.
Kematian Paolo, Khaled, dan Mala semakin tak berkesan seperti pada awalnya. Faktanya mereka juga diambang kehidupan, terjerat pada permainan ELITE yang terus bergerak, menaruh ekpetasi hidup dan mati berdasarkan pilihan—mereka yang tersisa sedang bertahan.
Liburan Dubai berakhir buruk lebih dari dugaan. Dan setelah 2AITO membersihkan namanya lagi, pembelajaran tatap muka dilangsungkan kembali. Mau tak mau mereka kembali ke Indonesia. Menginap pada Titans Apartemen yang tak seindah pengenalan awalnya karena mereka sudah tahu terlalu banyak hal mengerikannya.
Tapi tidak untuk Pedraza yang menghabiskan waktu menemani Papahnya yang koma di Rumah Sakit Meksiko. Dia mulai frustasi. Hanya telepon dari Marco yang menenangkannya dari waktu ke waktu. Dan itulah yang terjadi malam ini.
"Ini gila Marco! Dalam semalam Papah jatuh diatas tangga, dalam seminggu ia koma, dalam sebulan setelahnya pengadilan menjadikannya tersangka atas banyak tuduhan pelaku kejahatan."
Ada desahan berat diseberang telepon, Marco sepertinya pun sudah lelah. Pedraza menangis semakin terisak.
"Marco apa yang harus aku lakukan? Siang malam aku berurusan dengan polisi dan duduk di kursi pengadilan seperti pelaku. Padahal aku hanya mewakili Papah yang koma!"
Marco tersenyum samar, dan Pedraza tahu itu. "Semuanya akan baik-baik saja. Kau perempuan paling kuat dan hebat yang pernah kutemui."
"Marco, aku ingin pergi. Ke tempat yang jauh. Aku tak mau menjadi Pedraza si Grandmaster catur, atau Pedraza anggota ELITE, atau lebih lagi Pedraza si calon ketua mafia."
"Kau selalu menjadi Pedraza dalam saat terpuruk dan bahagia—kau adalah kau terlepas siapapun dirimu." Marco mencoba menenangkan kembali. "Kita tak bisa memilih terlahir dari apa,"
"—dan berakhir seperti apa." Lirih Pedraza sambil terkekeh. Permainan kata mereka saat di Taman Hotel Dubai.
"Jadi jangan benci dirimu sendiri. Karena sia-sia." Lanjut Marco sambil tertawa kecil.
"Nona Pedraza, pengacaramu sudah datang. Kita ditunggu diruang pengadilan sekarang."
Pedraza menoleh mendapati bawahan mafia Papahnya mendatangi ruang tunggunya. Ia menggangguk dan mengangkat telapak tangan, menyuruhnya menunggu sebentar lagi. "Marco nanti kutelepon lagi."
"Ah ya sebelum ditutup aku ingin bilang bahwa catur pemberianmu sepertinya ada maksud tertentu. Aku akan menerkanya sendiri."
Pedraza tertawa. Telepon dimatikan sepihak. Ia bangkit.
Dalam perjalanannya masuk ruang pengadilan, seseorang meneleponnya kembali.
"Halo?"
"Umurmu berapa?"
Pedraza melirik nama yang tertera adalah: Taran. Dia terkekeh, "Ulang Tahun ke tujuh belasku dua hari yang lalu, kau lupa? Atau kau ketinggalan memberi hadiah?"
"Tidak, aku hanya berpikir itu umur legal seseorang."
Telepon tiba-tiba dimatikan membuat Pedraza berdecak berulang kali.
Tak lama pintu meja hijau dibuka, ia duduk ditengah semuanya. Menerima tuduhan atas semua kerjaan kotor Papahnya seperti menjual-beli anak, pengedar narkoba, pemeras kontruksi, penyuap banyak orang penting, dan saking banyaknya Pedraza harus membuat daftar list panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELITE KLASS [END]
Science Fiction[𝗦𝗰𝗶𝗳𝗶-𝗔𝗰𝘁𝗶𝗼𝗻] [𝟮𝟬𝟮𝟭-𝟮𝟬𝟮𝟮] 12 siswa jenius berprestasi semua bidang dikumpulkan dari belahan negara dibawah satu kelas program ELITE. Mereka Hacker, Assasin, Poliglot, Maestro, Aktris, Miliarder, Pembalap, Roboticist, Atlit, Scien...