KATA AUTHOR:
Ini chapter terakhir Season 3.
Nggak ada yang longkap chapter kan?
Mari jejak & komennya![] [] []
"Aku mau liburan ke Dubai sama teman-teman, belum bisa pulang. Udah makan kok, mama tenang aja. Iya-iya, sampai nanti."
Ketika sambungan telepon dimatikan, Mala menghela napas panjang. Ia melirik penanda waktu pukul sembilan malam.
Karena harus menghubungi keluarganya di Kenya, gadis itu keluar dari private jet Taran dan menghirup udara malam di Apron Bandara Halim Perdanakusuma. Setelah kematian Lucy siang tadi, sekolah tatap muka di 2AITO diliburkan dua minggu dimana seluruh murid asramanya diperbolehkan pulang ke negara masing-masing. Sebagai gantinya, tugas banyak diberikan dan pembelajaran online melalui website Portal Siswa 2AITO.
"Mala sedang apa? Kita semua menunggu di dalam. Jangan suka sendirian, kita harus selalu bersama supaya tak ada yang seperti Paolo." Tegur Vinder yang berjalan mendekatinya, merangkul pinggangnya lembut. Mala mengangguk pelan.
Keduanya pun menaiki tangga memasuki pesawat dan suara keramaian langsung mengisi gendang telinga.
"Cause baby now we got bad blood!" Nyanyi Marco lagu Taylor Swift sembari memakai topeng badut menyeramkan. "Oke jadi rencananya seperti ini; Raphaello akan membuatkan identitas palsu untuk kita supaya tidak menarik perhatian. Black Card yang pernah dibagikan Lucy jangan gunakan sekalipun di Dubai. Banting smartwatch kalian dan yang masih menyimpan pin ELITE, buang bodoh!"
Caithlin memutar bola mata jengah, "Intinya kita beli handphone baru masing-masing. Terserah yang penting tidak menggunakan smartwatch. Dan Raphaello akan memasukkan ke Grupchat private yang bernama VVIP? eh, diganti jadi 12 Olympians."
Vinder sudah mengambil duduk disebelah Caithlin. Mala masih berdiri ditengah menonton semuanya. Mungkin dirinya yang menutup diri selama ini, namun kini ia mengakui menganggap mereka seperti keluarga.
"Mala sini duduk disebelahku!" Panggil Yunna yang segera diangguki. Kemudian gadis itu terkekeh, "Kalian tahu aku teringat Quotes Alan Turing? Sometimes it is the people no one can imagine anything of who do the things no one can imagine. Ya, itulah kita."
Hera tersenyum setuju kemudian menarik topeng yang dipakai Marco. "Kita akan membuat rekaman, kita semua. Suaranya nanti disamarkan oleh Raphaello. Identitas kita adalah negara, bukan nama. Misalnya aku terlahir Indonesia-Turki, aku pilih inisialku Turki karena Raphello yang terlahir Indonesia-Jepang akan mengambil Indonesia. Jangan ada yang sama. Kemudian Topeng digunakan untuk menutupi wajah. Rekaman akan diberi pengaturan bahasa, Khaled yang akan menerjemahkan. Bahasa utama kita adalah Inggriss. Untuk orang tuli, Mala akan menggunakan bahasa isyarat. Dia juga penyusun naskah."
"Kalian tahu Dubai akan mengadakan Expo 2021? Kesempatan. Kita tayangkan rekaman di Burj Khalifa dan semua handphone yang menyambung internet lokal. Lalu tambahkan sedikit penyedap rasa diakhir."
"...Dan kau bilang itu rencana kasarnya?" Komentar Taran tertegun, kemudian menggeleng cepat. "Oke, bagaimana jika ada gangguan diluar rencana?"
"Serahkan padaku dan Haru, kami ahli mengeksekusi orang." Pede Pedraza yang kemudian disentil dahinya oleh Marco.
"Bagaimana dengan datanya ELITE?" Tanya Haru yang kini turun tangan mengutak-atik laptop Raphaello yang panik ketumpahan air lemon tea.
Raphaello menggeleng, "Hilang semua semenjak Lucy meninggal. Kau tahu tidak mencari dokumen rahasia ELITE seperti memecahkan misteri internet CICADA 3301? Sekali memecahkan puzzle, aku akan diajak masuk mencari kunci sandi lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
ELITE KLASS [END]
Science-Fiction[𝗦𝗰𝗶𝗳𝗶-𝗔𝗰𝘁𝗶𝗼𝗻] [𝟮𝟬𝟮𝟭-𝟮𝟬𝟮𝟮] 12 siswa jenius berprestasi semua bidang dikumpulkan dari belahan negara dibawah satu kelas program ELITE. Mereka Hacker, Assasin, Poliglot, Maestro, Aktris, Miliarder, Pembalap, Roboticist, Atlit, Scien...