9. "Secret Friend Another Relativity; Cooperation Between."

1.3K 393 221
                                    

KATA AUTHOR:

Aku update karena malam sabtu/minggu nggak akan bisa yaw. Selain itu chapter ini spesial buat refreshing.

Hopefully enjoy and give me more support.


[] [] []

"Bila status bangsawan tidak cukup, maka manusia yang serakah, atau memang Tuhan membuktikkan hanya Dia yang berada diatas segalanya?"

Buru-buru Vinder mengusap pipinya yang lembab setelah mendengar suara seseorang. Sedari netranya jatuh pada gemerlap Pulau Primordials, memang ia menghanyutkan diri pada hembusan angin buntala. Tangannya mengendur seiring cengkraman penyanggah dijauhkan.

Ia melirik ke kanan dimana Khaled sudah berdiri disana. Bahunya tampak kokoh dan tegap sedang sorot mata hazelnutnya teduh. Kontrasnya, Khaled hanya berekspresi datar. Vinder buru-buru membuang muka menyadari wajahnya yang memerah sehabis menangis.

"Kau menguntitku?!"

"Kau orang kedua yang menemuiku disini," Jawab Khaled cepat sembari mengeluarkan buku entah darimana dan menyender di pinggiran rooftop. "Dan aku selalu disini, setiap malam, dan sendirian."

Vinder terbungkam. Lalu mulai melantur, "Tidak pantas menjadikan status 'bangsawan' diatas segalanya. lantas, mengerti perasaan yang lain saja tidak bisa, bagaimana dengan rakyatnya?"

"Sebelumnya kau mengatakan itu padaku."

Khaled melirik sekilas sebelum mengangguk. "Kau mem-bully Pedraza dan Mala tanpa alasan jelas. Aku ragu kau bergelar bangsawan. Tidakkah kau belajar etiket tata krama?"

Padahal Vinder sudah berusaha membangun suasana melankolis, alih-alih merespon dengan permulaan yang dalam, ucapan Khaled mampu menusuk hati siapapun lawan debatnya. Jadi pada akhirnya, Vinder beranjak melangkah pergi. Tak kuat dengan perasaannya yang campur aduk.

"Kenapa pergi?"

"Kenapa bertanya?" Seru Vinder sudah diujung pintu masuk.

"Kenapa bersandiwara lagi?"

"Kenapa kau sok tahu?"

"Kenapa mereka membuatmu menangis?"

Vinder butuh waktu lama berdiri disana untuk mencari tahu kata 'mereka' yang dimaksud. Khaled sendiri berbalik memunggungi senderan rooftop, menatap Vinder seutuhnya.

"Tidak ada yang melarangmu disini. Jika perlu aku yang akan pergi." Buku yang terbuka ditutup dan digenggam lagi, Khaled berjalan melewati Vinder. Untuk sesaat mengacak-acak puncak rambut gadis itu.

"Jangan... "

Alis mata Khaled naik sebelah merasakan tarikan kecil diujung kemeja biru flanel-nya. Ia memutar kepala mendapati Vinder yang sedang menahan kepergiannya. Pada saat itu ia tak mampu melihat wajah gadis dengan surai blonde yang menunduk serta pundak bergetar. Jadi Khaled melangkah maju dengan tujuan mendekat.

"Apa rakyat biasa diperbolehkan memeluk tubuh seorang bangsawan?" Khaled mencoba bercanda namun tak menyangka mendapat pelukan Vinder.

"Kita bukan Romeo-Juliet." Itu jawaban yang amat singkat namun pasti Khaled tak bisa bernafas. Sehingga Vinder melepaskan dan menjauhkan tubuhnya sambil bertanya. "Kau tidak pernah berpelukkan dengan seseorang?"

Khaled menggeleng polos.

Vinder terbahak pada saat itu juga padahal matanya masih berair. "Selamat, aku jadi pemeluk pertamamu." Tangannya terulur. Bagi Vinder memeluk orang itu kebiasaan dan salah satunya bentuk formal menyapa tamu--meski cara berpelukannya berbeda.

ELITE KLASS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang