Suasana yang begitu hening di sebuah ruang makan menambah kesan tidak nyaman untuk seorang Evelyn yang terbiasa pecicilan.
Hanya ada suara dentingan piring, sendok yang beradu menghiasi telinga mereka.
Sesekali David melirik kedepan, melihat tingkah Evelyn yang sedang menyuapkan sesendok makanan kedalam mulut.
Terlihat jelas dimata David gadis itu begitu tidak nyaman di tatap olehnya.
Ia menaruh sendok diatas piring memberhentikan makannya. sebelum pada akhirnya berdehem beberapa saat, membuat Evelyn yang sedang mengunyah makanan mendongak kearah pria itu dengan tanda tanya.
"Aku besok akan pergi selama beberapa hari ke Kanada, " ujar David dengan tampang datar.
Evelyn menaikkan sebelah alis dengan acuh, terus ia peduli atau merasa sedih?
Owh tentu saja tidak justru hal itu adalah sebuah kabar gembira bagi Evelyn."Kenapa tidak sekalian menetap di sana saja selama-lamanya, pasti akan sangat menyenangkan." Batin Evelyn berteriak.
David menunjukkan smirk ketika melihat gelagat Evelyn.
Tentu saja pria itu tau apa yang sedang di pikirkan gadis keras kepala di depannya ini."Aku tau kau akan mencoba kabur dari ku sweethear."
"Jangan mencoba melangkahkan kakimu keluar dari mansion ini jika tak ingin aku memotongnya saat kembali nanti." Ucap David dengan tajam membuat Evelyn bergidik ngeri.
"kamu boleh pergi berkeliling di Mension ini kemana saja, asal tidak keluar."
"Kenapa?" Tanya Evelyn sendu gadis itu merasa frustasi. Cukup sulit menghadapi keadaan saat ini.
David tak kunjung menjawab, pria itu beranjak berdiri menghampiri dimana Evelyn sedang menunduk dengan sedih, tangan Evelyn di gunakan untuk mengaduk-aduk makanan yang masih banyak di piring. Rasanya nafsu makan gadis itu mendadak hilang.
"Karena kamu milikku, apa yang sudah menjadi milikku tidak boleh pergi dari ku, tanpa seizin ku." Ujar David dengan nada serak tepat di sebelah telinganya.
Evelyn menoleh kesamping mata beriris coklat sendu gadis itu bertubrukan langsung dengan pemilik mata biru laut, setajam elang milik David yang sedang menunduk di sampingnya.
"Bohong! Aku bukan milik mu, aku bukan barang yang dengan gampangnya kamu atur atau kamu klaim sesuka mu," bantah Evelyn, terlihat jelas sorot kemarahan yang terpancar di mata gadis itu.
"Ssstt aku tidak suka kau membantah padaku sweethear, segera habiskan makanan mu dan kembali ke kamar, aku tidak bisa menemanimu karena ada banyak pekerjaan yang harus aku tangani." Ungkap David,
kali ini pria itu berbicara dengan nada lembut, mengusap rambut Evelyn pelan sebelum pada akhirnya meninggalkan Evelyn dengan sejuta kebingungan di otaknyaTersadar dengan lamunannya Evelyn segera minum air putih, ia bangit berdiri ingin merapikan piring di ruang makan tersebut.
Namun aksinya di hentikan oleh Rose."Apa yang anda lakukan Nona." Wanita paruh baya itu berjalan cepat menghampiri Evelyn, dari wajahnya terlihat jelas menggambarkan kepanikan.
"Hey Rose ada apa dengan wajah mu ? Aku hanya ingin membereskan ruang makan ini, dan membawa piring ke dapur kenapa kau begitu panik sekali "
"Jangan Nona, sebaiknya Nona kembali ke kamar sebelum Tuan David tau kalau Nona masih di sini mengerjakan apa yang seharusnya bukan tugas Nona Evelyn."
Evelyn mengerutkan kening heran. memang apa yang salah, dia hanya ingin membantu. lagian sebelumnya dia sudah terbiasa dengan hal ini, ayolah dia bukan tuan putri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
Romance(Follow Dulu Sebelum Baca!) David Ernest Brinkley. Siapa yang tak mengenal sosok pria sepertinya, pria dengan wajah berparas tampan bak dewa yunani, mata biru setajam elang, hidung mancung , rahang yang kokoh dan jangan lupakan dengan tubuhnya ya...