Kalau ada masalah, boleh kok bergumam lelah.
Lagipula tujuan kita jilat nanah,
Adalah berendam air ludah,
Dan diikat sah,
Benang merah.•
"LO masih mikir gue anak kecil apa gimana, sih?" rasanya Arisha hampir meletus. Bukan lagi karena serius, tapi kesabarannya yang kian mendesis desus. "Gue nggak mau main sama lo kalo lo aja gak jelasin ada siapa di belakang gue. Siapa dia dan kenapa dia ngajak kita main, idiot?"
Cengkraman Ranji mengeras, intonasinya tajam tatkala membalas, "Kalo lo gak mau dianggep anak kecil, dengerin gue. Bisa?"
"Nggak mau. Jelasin dulu. Bisa?"
"Ada beberapa hal yang ditakdirin jadi rahasia. Nggak semuanya lo harus tau, Sha."
"I swear to God, answering is just a simple thing! Jawab aja susah banget, sih?!"
"Gue peringatin sekali lagi. Kadang lebih baik gak tau, daripada tau."
"Gue mau tau!"
"Lo mau tau bahaya?" aksen Ranji terseret sarkas, senyum mirisnya kemudian terjun bebas. "Lo suka bahaya?"
"Lepasin!" Arisha memberantas. "Gue gak butuh lo!"
"Lanjutin egonya, Sha," pada akhirnya, Ranji melepaskan dagu Arisha. "Jangan lihat ke depan, lihat ke belakang ternyata, ya?"
Jangan lihat ke depan. Lihat ke belakang.
"Inget, Sha."
Jangan lihat ke depan. Lihat ke belakang.
"Penyesalan selalu datang belakangan."
Jangan lihat ke depan. Lihat ke belakang.
Arisha bukan pengecut. Kalau kalimat Ranji sukses membuat siapa pun ciut, perempuan itu langsung saja menengok ke belakang diiringi keberanian absolut.
Hanya untuk dihadapkan mental yang tiba-tiba kalut.
Siap melihat apa yang membuat sepasang mata Arisha membelalak terkejut?
Apa yang berada di belakangnya di luar duga. Kalau dideskripsikan melalui deretan kata, sosoknya seperti mengundang tubuh manusia untuk merinding seketika.
Coba kita awali dengan deskripsi warna. Contohnya? Bagaimana kalau warna merah di mata?
Kalau kamu menebak letaknya berada di pupil, maka selamat kamu salah. Nyatanya, warna merah di matanya terletak di bagian sklera, dilingkupi detail mencuat pedih indra.
Syaraf di dahinya berkedut parah, tapi itu bukan karena sosoknya yang tengah menggebu marah-marah, melainkan karena napasnya terlalu bertingkah. Kelopak matanya yang berair seperti menciptakan daerah, atas nama darah yang mengalir ke arah bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovid-19
Mystery / ThrillerEra evolusi Covid-19, anomali yang viralnya sedang menyebar kabar angin. Tingkatan bahaya virusnya dipercaya telah berevolusi dalam fase berlusin-lusin. Yang menyisakan kita terpaksa menepi hanya untuk meminta izin, hanya untuk meluangkan batin, bah...