Sejauh ini, hanya ada orang-orang yang sanggup menilai, tetapi tidak dengan menyadari dari apa ia telah terbingkai.
•
HARUS berkata apa Arisha setelah ini?
Menceritakan bahwa Ranji ternyata seorang iblis? Bukan suatu hal yang perlu lagi dianalisis. Membicarakan bahwa ia belum bisa membalikkan ponselnya? Malah semakin menambah drama.
Arisha bersumpah ia sudah mengejar langkah lelaki yang ia benci, tapi kalau dia memang ahli dalam melarikan diri?
Arisha bisa apa selain kembali ke kelas dengan wajah melas?
"Oiii, ngapa bengong? Pulang yuk," suara ngantuk Miso memecah pikiran Arisha, menggeliatkan tubuh sambil menatap seherannya.
"Miii."
"Eh? Pacar gue!" belum sempat Arisha melanjutkan omongannya, Miso memekik ceria dengan ponsel yang akhirnya hadir di genggamannya. "GG abis. Ty udah balikin pacar gue dari kutu, Sha."
Kedua mata Arisha membelalak.
Sejak kapan ponsel Miso telah kembali dengan alur abstrak?
"Tuh kan, bengong lagi," Miso terkekeh, sebelum mulutnya lagi-lagi berceloteh. "Kenapa, Sha?"
Sepertinya Arisha lupa untuk mengontrol betapa lebarnya sepasang mata, maka berkedip adalah solusinya, "Kapan HP lo balik?"
"Loh? Kan tadi ada di meja gue."
"Mi, bukan gue yang taro. Lo liat sendiri gue baru balik."
"Wah ... wah ...." sepertinya Miso ingin berasumsi, tapi banyak tapi.
"I swear to God, bukan gue yang balikin HP lo."
"Bukan itu maksud gue, Sha," tanpa menjelaskan lebih detail lagi, kedua insan itu ibarat berkoneksi lewat telepati. "Lo tau kan maksud gue apa?"
"Gue tau," Arisha meringis, hampir mendesis. "Masa iya dia yang balikin ke meja lo?"
"Siapa yang tau? Gue daritadi bobo. Emang matkul terakhir paling cocok buat ngebo."
Posisikan ekspresi Arisha seperti karya umat ketika sedang melihat betapa eksperimentalnya sop bakso yang asal dicampur dengan cuka, kecap, sambal, dan saus tomat.
Tentunya mengundang perasaan jijik yang teramat.
Namun bukannya Miso ikut beradat, lelaki itu malah tidak sanggup lagi menyembunyikan senyumnya yang bersemburat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovid-19
Mystery / ThrillerEra evolusi Covid-19, anomali yang viralnya sedang menyebar kabar angin. Tingkatan bahaya virusnya dipercaya telah berevolusi dalam fase berlusin-lusin. Yang menyisakan kita terpaksa menepi hanya untuk meminta izin, hanya untuk meluangkan batin, bah...