Ada kamu, ada aku.
Ada mati, ada hidup.•
PERNAH merasakan five stages of grief?
Penyangkalan, amarah berdesakan, tawar-menawar berkesinambungan, depresi tanpa mau bangkit dari rebahan, dan pada akhirnya, fase penerimaan.
Bukti Arisha masuk dalam five stages of grief? Dirinya saja dari awal masih mau menyangkal, bagaimana darah Ranji terciprat menggumpal.
"Ji?" panggilan Arisha nyaris tak bersuara, seperti ingin mengedipkan mata yang sedang terbelalak selebar-lebarnya, tapi gagal tanpa bisa memikirkan apa-apa.
Bolong.
Dada Ranji bolong.
Tolong.
"Ji?" baru kali ini Arisha ingin membalas dekapan Ranji, agar ia tahu saat ini, lelaki itu hanya bermain hati seperti yang biasa ia lakukan sehari-hari. "Lo bercanda, 'kan? Lo bercanda doang, 'kan?"
Tidak ada balasan. Hanya ada bunyi seretan, berasal dari pemilik tangan memanjang yang napasnya masih mengembus berantakan.
Tolong.
"Apa sih, Ji? Lo pasti bercanda, 'kan? Nggak lucu sumpah. Nggak lucu sama sekali. Cuma mau bikin gue panik. Ini rencana lo supaya gue makin benci lo, 'kan? Iya, 'kan? IYA, KAN?!"
Kedua tangan Arisha mulai menelusuri kulitnya, menggoyang-goyangkan tubuhnya, mencoba memancing respons dari tubuh Ranji yang tampak tidak bergerak keseluruhannya. Paniknya membisikkan izin yang meminta restu semesta, bahwa lelaki yang ia benci pasti masih hidup di tangannya.
"Ji, lo udah berhasil bikin gue makin benci sama lo, kok. I swear. Lo beneran berhasil, Ji. Apa lagi sih yang lo pengen dari gue? Marah? Udah. Nangis? Udah. Kehilangan arah? Udah. Sampai kapan lo mau kayak gini?" suara Arisha mulai bergemetaran, dipenuhi sangkalan. Pikirannya menjadi pusat kekacauan, bagaimana ia memaksakan senyuman di tengah air mata yang ingin menekan. "Bangun, Ji. Lo bakalan bangun dan bilang benci sama gue lagi, 'kan?"
Tidak ada balasan. Hanya ada perasaan campuran. Bagaimana harapan menghilang tanpa kepastian, secara perlahan-lahan.
"An ...."
Tolong.
"Bangun. Gue mohon, An. Bangun ... Nanti kita berantem lagi. Lo bebas ngatain gue apa aja. Bebas. Asal lo bangun dulu, ya," pada akhirnya air matalah yang sanggup bercerita, meminta izin pada dunia bahwa Arisha hanya bisa memeluk wajah pucatnya. "Bilang sama gue lo benci gue lagi. Kenapa sih lo kayak gini sama gue ...? Kenapa ...? KENAPA, SIH?! EMANG SESUSAH ITU BANGUN, AN?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovid-19
Misterio / SuspensoEra evolusi Covid-19, anomali yang viralnya sedang menyebar kabar angin. Tingkatan bahaya virusnya dipercaya telah berevolusi dalam fase berlusin-lusin. Yang menyisakan kita terpaksa menepi hanya untuk meminta izin, hanya untuk meluangkan batin, bah...