Ada dua pilihan. Entah kamu mati terlalu cepat sebagai protagonis yang dibunuh keadaan atau kamu sudah hidup terlalu lama hingga jadi antagonis yang dipaksa keadaan.
•
MAU tahu apa yang bisa membangkitkan memori kita agar terperangkap dalam nostalgia?
Wangi.
Sederhana, tapi penuh makna. Datangnya tiba-tiba, tapi merangsang indra.
Jaket Ranji, salah satu contohnya.
Sudah cukup jadi alasan agar Arisha cepat-cepat melepaskan, betapa sebalnya jaket itu bisa menghangatkan.
"Idiot, idiooot," cerca Arisha hampir menendang wastafel di depannya, tapi cermin di hadapannya menghentikan aksinya seketika. "Hah ...?"
Cermin yang sanggup mengisahkan baju Arisha yang menerawang. Tembus pandang sampai pakaian dalamnya terpampang.
Malu? Lesu? Membeku?
Perasaannya beradu, begini dan begitu.
Namun sebut saja, tidak selamanya manusia menangis dalam hampa, bahwa di depan cermin yang bersahaja, Arisha telah sukses menghasilkan karya.
Antara air mata dan tawa.
"Emang lebih baik ketawa, daripada menderita." dalam aliran air mata, gelak tawa Arisha terlalu ceria, mengisahkan betapa dalamnya sebuah luka. "Apa iya lebih baik muka dua?"
Lo cuma perlu balikin jaket ini tanpa bilang terima kasih, Sha. Gak mungkin itu orang tulus bantuin lo kayak gini. Gak mungkin.
Pantulan Arisha di cermin lama-lama terlarut dalam bahaya. Di antara air mata yang sibuk diseka, jemarinya bergerak untuk menuntun ujung bibirnya dalam senyuman yang dipaksa selebar-lebarnya.
"Ranji Galaksi, lo tau gak sih apa yang lo perbuat ...?"
Akhir kata, jangan pernah lupa.
Yang tertawa bukan cuma dia.
•
Ini terjadi di suatu hari.
Sebuah pengalaman yang sembunyi dalam gelembung gengsi. Padahal banyak kaum yang berbondong-bondong terlarut dalam dimensi lupa diri.
Beberapa hari yang lalu, gelap gulita seolah bernafsu.
Alasan sebuah juita menyalakan korek api. Bukan buat alasan randomisasi, melainkan itulah cara orang-orang di sini memanggil pelayan yang sibuk menjual harga diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovid-19
Misteri / ThrillerEra evolusi Covid-19, anomali yang viralnya sedang menyebar kabar angin. Tingkatan bahaya virusnya dipercaya telah berevolusi dalam fase berlusin-lusin. Yang menyisakan kita terpaksa menepi hanya untuk meminta izin, hanya untuk meluangkan batin, bah...