Situasinya serba salah. Tapi mau dikata apa kalau lahir saja tidak dibimbing oleh arah?
•
SATU persatu anak tangga Arisha lewati bagai menghitung barisan itik. Siapa pula yang tidak senang ketika jam mata kuliah terpaksa diculik, karena dosen yang tiba-tiba izin berurusan dengan diplomatik?
Katanya bahagia itu sederhana.
Misalnya ketika hadir di kantin yang penuh dengan warna, ada momennya insan dihimpit pada kehausan untuk membeli jus mangga.
Nyatanya? Itu sudah jauh lebih dari cukup bagi Arisha.
Dengan senyum sumringah yang membuat kaum adam kehilangan arah, Arisha menepuk pundak Miso yang sibuk berpacaran dengan game yang ditakdirkan alkisah, "Tinggalin waifu lo dulu, bitch. Mau makan apa?"
"Sushi," Miso dengan tatapan sedatarnya, membalas seadanya.
Langsung saja Arisha memberikan selembar lima puluh ribu kepada lelaki itu, yang disambar dengan anggukan yang berlagu.
"Ty, ty."
"Kalau kurang, bilang."
"Kurang."
Semudah perut Miso yang banyak mau, semudah itu juga Arisha mengajukan selembar uang baru, "Jangan lupa kerjain UTS gue minggu depan."
"Np, Sha," ujar Miso sambil lalu, ditelan kerumunan yang ramai berjamu.
Tapi sebut saja kepergian lelaki itu mengundang sosok Kylie untuk bertamu, dipercaya bereksistensi atas nama benalu.
Agar perempuan itu puas ketika menuangkan jus mangga ke pakaian Arisha, menciptakan suasana kantin yang membisu seketika.
"Whoopsie, sorry not sorry. Sengaja," meskipun jus mangga Arisha sudah kosong, gelas itu tetap diiringi Kylie dengan gerakan tarik dan dorong, memastikan bahwa keseluruhan isinya telah kopong. "Lagian mangga kan manis, ya. Cocok buat lo yang pahit."
Anehnya, Arisha tidak mendongak ke arahnya.
"Lihat. Lo aja nggak sanggup liat muka gue sekarang. Bagus lo tau tempat lo di mana," Kylie berujar terlewat batas wajar.
Arisha? Masih juga tidak mendongak ke arahnya.
"Takut, ya? Iyalah, takut. Gue yakin lo gak punya temen lain selain si wibu buat lindungin lo. Lo temenan sama dia cuma buat manfaatin dia, 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovid-19
Mystery / ThrillerEra evolusi Covid-19, anomali yang viralnya sedang menyebar kabar angin. Tingkatan bahaya virusnya dipercaya telah berevolusi dalam fase berlusin-lusin. Yang menyisakan kita terpaksa menepi hanya untuk meminta izin, hanya untuk meluangkan batin, bah...