Bungkus sayur lodeh di tanganmu berbicara,
Katanya kita nggak makan sup lalat lagi di huru-hara.
Sesederhana itu boleh ya aku bangga?•
PUTIH, bersih, fasih.
Cukupkah untuk mendeskripsikan nuansa kamar rawat inap Arisha dengan ucapan terima kasih?
Bahwa membuka kedua matanya bukan jalan yang dirinya pilih. Tangannya berusaha maju untuk meraih, tapi tersambung dengan infus membuatnya langsung tersadar bahwa kondisi tubuhnya masih tergolong letih.
"Sha," sapaan monoton itu berasal dari Miso, ia menghela napas seolah mempertanyakan banyak info. "You good?"
Arisha hanya mengulum sebuah senyum. Bernapas lewat nasal kanul adalah satu-satunya cara untuk memenuhi paru-parunya yang menuntut kuorum.
"Damn, gue harusnya gak nanya itu. My bad," Miso menggeser kursi mendekati ranjangnya. Tidak perlu lama-lama, ia langsung mengerti isyarat tubuh Arisha. "Lo ngutang banyak cerita."
"Mi, udah berapa lama gue di sini?"
"Kurang lebih tiga hari," Miso menjawab, sebelum keluhannya menggarap. "Bisa balik ngampus secepatnya gak? Ke-overload gue sama fans lo."
Suara Arisha mencicit lemah, masih tersenyum gundah, "Gitu ya ...."
"Yeah. Semua orang, literally, semua orang nanya lo sama Ranji ke mana. Gue be like auto AFK."
Ranji.
Nama itu lagi. Nama itu lagi.
"Kenapa langsung murung gitu?" Miso memicingkan mata. "Gue tebak. Ada update soal kutu?"
Mau tebak five stages of grief Arisha sudah sampai mana?
Sinar wajahnya menunjukkan betapa kosong tatapan matanya. Dilingkupi pucat yang mengisi alur cerita, Arisha masih sanggup tersenyum seadanya. Tanpa mengajukan lagi deretan bahasa.
Depresi dalam arti sesungguh-sungguhnya.
"Jawab, Sha."
"Mi."
"Lo belum jawab gue ... Ada update apa soal kutu? Gue mau tau seberapa besar GB-nya, Sha," perhatian Miso memuncak di atas ubun-ubun, bahwa tidak ada siapa pun yang bisa menghentikan bahasa gamer uniknya untuk anggun berayun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovid-19
Mistério / SuspenseEra evolusi Covid-19, anomali yang viralnya sedang menyebar kabar angin. Tingkatan bahaya virusnya dipercaya telah berevolusi dalam fase berlusin-lusin. Yang menyisakan kita terpaksa menepi hanya untuk meminta izin, hanya untuk meluangkan batin, bah...