13

4.4K 422 18
                                    


Happy reading!!!

Taeyong bermondar mandir dia bahkan menggigiti kuku jarinya, dia bingung karena dia tidak tau harus bagaimana lagi, tapi Taeyong belum mencoba membuka pintunya. Taeyong mendekati pintunya dan membukanya.

Cklek!!!

Taeyong tersenyum saat tau pintu kamarnya tidak di kunci, dia membuka lebar lebar pintunya sebelum pemandangan di depannya membuat matanya mengerjap dan mulutnya menganga. Kedua hyungnya menggelar karpet besar dan beberapa bantal yang mengelilinginya dan jangan lupakan ada beberapa snack yang di tata di rak dorong.

"Hyu-hyung? " Ucap Taeyong terbata.

"Halo Taeyong, masuklah kembali atau kau mau bergabung dengan kami? " Tawar Sehun dengan dia memakan snack.

"Adikku silahkan masuk, tidak ada jalan keluar dari sini. Tunggu waktu kebebasan besok saja. " Ucap Jongin, dia berbaring dengan kedua tangan berada di belakang kepalanya dan tak lupa senyuman miring nya.

"Hyung, tolong bantu aku keluar dari sini. Hyung tega melihat adik kalian tidak bahagia menikah dengan orang yang tidak di cintai? " Mohon Taeyong, dia bersimpuh di depan kedua hyungnya.

"Maaf Taeyong, kami tidak bisa bantu dirimu. Jika saja perjodohan ini atas kemauan papih kita bisa negosiasi tapi ini kakek kita yang meminta. " Jelas Jongin, dia mendekati Taeyong dan mengelus punggungnya, dia juga bingung bagaimana caranya agar adiknya tidak di jodohkan. Semua keluarga sudah berbicara pada kakek tapi tidak ada hasil sama sekali "nanti kau harus mencoba mencintainya, jika dia menyakitimu, kedua hyungmu ini yang akan membuatnya mati. "

"Benar Taeyong, katakan saja pada Hyung jika dia memperlakukanmu tidak baik, kau memang seorang ketua mafia namun bagi kami kau masih adik kecil kami, yeah sebelum mamih hamil lagi tentu saja. " Sehun terkekeh, dia ingin menghibur Taeyong tapi sepertinya caranya salah.

Bugh!!!

Jongin memukul bahu Sehun, tak habis pikir dengan adik pertamanya itu, cara menghibur apanya, sudah tau Taeyong dari awal tidak mau memiliki seorang adik malah mengatakan seperti itu.

Taeyong bangkit dari duduknya, dia pergi kembali ke dalam kamar dan membanting pintunya.

"AKU MEMBENCI SEHUN HYUNG!!! " Teriak Taeyong setelah berada di kamar.

"Kau, astaga Sehun!!! " Geram Jongin, dia bahkan mengepalkan kedua tangannya

"Hehe, aku tidak tau cara menghibur orang. "

"Terserah kau saja. "

Kembali pada Taeyong yang saat ini duduk di kasur "apa yang harus aku lakukan sekarang? Astaga berpikirlah Taeyong. Oo wah kau pintar Taeyong, ada jendela kamar. "

Taeyong kembali bangkit dia pergi ke arah jendela kamar dengan perasaan senang, namun lagi lagi hanya kekecewaan yang ia dapatkan. Di bawah sana tepat di depan jendela kamarnya, papih dan mamih nya membangun tenda dan membakar api unggun. Saling berpelukan dan papih nya juga mencium pipi mamih, orang tuanya bahagia di atas penderitaan anaknya.

"AKU TIDAK MAU MEMILIKI ADIK. "

Brak!!!

Taeyong menutup jendelanya dengan kasar sehingga menimbulkan bunyi yang keras.

"Pih, astaga anakmu pih. "

"Anakmu juga sayang. "

Taeyong berbaring di kasurnya, dia bergerak di atas kasur sampai kasurnya berantakan, Taeyong kembali duduk, dia mengusak surainya dengan kasar.

"Apa lagi cara agar aku bisa keluar dari sini? " Taeyong terdiam, dia menatap kakinya yang menggunakan kaos kaki pink. Lama terdiam Taeyong kembali tersenyum, dia mengambil ponselnya yang berada di atas nakas "hanya mereka satu satunya harapanku. "

Taeyong mendial nomor seseorang yang ia yakini bisa membawanya pergi dari mansion.

"Hallo Ten. "

"Hallo Tae, ada apa? "

"Aku meminta—"

Tut... Tut... Tut...

Don't have connection

Sambungan teleponnya terputus, Taeyong manatap ke arah ponselnya dan ternyata, wah Wi-Fi mansion baru saja di matikan. Kenapa tidak menggunakan kuota? Taeyong tidak punya, dia lebih sering menggunakan Wi-Fi, karena setiap dia berada, Wi-Fi selalu ada. Markas, kantor bahkan mobilnya pun terdapat Wi-Fi yang bisa tersambung, jadi sia - sia saja dia membeli kuota. Lain kali isi kuota murah Taeyong, jika keluar rumah bukan cuman main game offline, buka tutup galeri.

Taeyong kembali ke arah jendela, dia kira orang tuanya sudah tidak bermesraan, ternyata pikirannya salah. Orang tuanya bahkan lebih menunjukkan kemesraan nya.

"Aku ingin seperti itu bersama Jaehyun bukan yang lain. " Taeyong meremat pembatas jendelanya, dia menghela nafasnya, dia berbalik ke arah dalam, dia sudah tidak jadi bertanya kenapa Wi-Fi nya di matikan.

Taeyong berbaring di kasurnya, tangannya terangkat ke arah atas dan menulis sebuah kata 'Jaehyun and Mark'. Setelahnya Taeyong tersenyum, setelah keluarganya hal yang paling berarti adalah Jaehyun dan Mark, dunia keduanya setelah keluarga, tapi apakah dunia keduanya akan hancur secepatnya? Lagi lagi Taeyong menghela nafasnya, lama berpikir membuat Taeyong terlelap dalam tidurnya, biarlah hari esok dia akan menentukan, memilih Jaehyun dan membunuh orang yang di jodohkan atau menerimanya dan meninggalkan Jaehyun.

✧༺♥༻✧

Jaehyun juga sudah sampai di mansion utama, dia terpaksa datang karena papanya yang menyuruh. Dia melewati ruang tamu yang terdapat kedua orang tuanya yang sedang berpelukan, dia membayangkan jika daddy dan mommynya adalah dirinya dan Taeyong, saling berpelukan bahkan memberikan ciuman kasih sayang, Jaehyun tersenyum samar membayangkannya.

"Putraku, kau sudah pulang ternyata. Kemari nak. " Yang semula Lay asik dengan suaminya dan dia tersadar ada seseorang yang berdiri di belakang mereka, dia menolehkan pandangannya dan ternyata putranya yang sedang berdiri.

"Iya mom. " Jaehyun berjalan mendekati mereka dan duduk di samping mommynya, tentu di sampingnya. Kalian berharap Jaehyun akan duduk berdampingan dengan daddynya? Yang ada mereka tidak saling bercanda.

"Benar kalau papa akan datang besok? " Tanya Jaehyun.

"Iya, maaf perjanjian kita tidak sesuai, yang semula masih sisa dua bulan. sekarang? Baru beberapa minggu. " Sesal Lay, dia sudah mencoba membujuk mertuanya namun tidak ada hasil sama sekali.

"Mom, siapa yang di jodohkan padaku? Apa dia cantik? "

"Mom ingin merahasiakan namanya, tapi untuk orangnya mom akan berikan bocoran. " Lay menatap ke atas seolah menerawang sesuatu "dia cantik, mungil dan menggemaskan, terakhir kali mom bertemu dengannya waktu kita berada di sisilia. "

"Waktu kita tinggal di kota itu? "

"Iya, mungkin kau lupa dengan anaknya karena kalian masih sangat kecil. Kalian masih belum bisa bicara dan berjalan, kalian hanya bisa merangkak. Saat kita pergi ke China dia menangis dan mengalami demam, bahkan kau juga menangis saat di pisahkan darinya. " Lay tersenyum saat mengingatnya, masa kecil putranya sangat indah. Tanpa ada pertumpahan darah dan menjadi keluarga seperti biasanya. Berbeda dengan keluarga yang di jodohkan, mereka memang sudah bekerja sebelum mereka menikah. Berbeda dengan dirinya yang bersih tanpa kejahatan dan suaminya yang seorang mafia, he loves a big criminal.

"Aku tidak mengingatnya mom. "

"Hal yang biasa mengingat kau masih sangat kecil. " Lay mengelus rambut Jaehyun yang sekarang sudah tiduran di pahanya "lebih baik kau pergi ke kamarmu dan tidur, kau harus mempersiapkan dirimu untuk besok."

Jaehyun mengangguk dia lantas bangun  dari tidurnya dan berjalan ke arah kamarnya, menolak atau menerima?
Jaehyun berada di ambang bingung untuk saat ini.


~bersambung...

Habiskan malam minggu dengan membaca wattpad

Vote and coment

See you

Secret IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang