Chapter 1

813 26 2
                                    

16 Tahun Lalu

"Mau kamu bawa kemana anak kita mas",ucap Kania. Bram yang tidak peduli perkataan dari istrinya langsung membawa bayinya ke mobil.

Sesampainya didepan sebuah ruko,Bram menaruh bayinya didalam kardus,dan langsung pergi meninggalkan bayinya.

Keesokan paginya,pemilik ruko penjual kue langsung tersentak kaget melihat ada bayi di dalam kardus.

"Bayi siapa ini?",tanya Ratih dalam hati. Dengan segera Ratih membuka pintu rukonya dan langsung menenangkan bayi itu.

"Ratih",panggil seorang pembeli.

"Ooo,Bu Kania mau beli roti apa?,kata Ratih.

"Beli roti yang biasa saya beli. Ratih,kamu sudah melahirkan?",tanya Kania

"Bukan bu,itu bayi yang saya temukan tadi pagi di depan toko saya",jawab Ratih sambil mengemasi roti milik Kania.

"Tapi,saya lihat mata ibu habis bersedih ada apa bu?",sambung Ratih.

"Anak saya semalam dibawa pergi oleh mas Bram,"ucap lirih dari Kania.

"Yang sabar ya bu,kalau saya boleh tau bagaimana ciri-ciri bayi ibu?"

"Kemarin di lehernya saya pakaikan kalung mirip dengan saya,"kata Kania sambil memegang kalungnya. Ratih yang langsung memeriksa bayi tersebut melihat sebuah kalung melingkar di leher sang bayi dan kalungnya sama persis seperti yang dipakai oleh Kania.

"Bu,apakah ini bayi ibu?",tanya Ratih sembari menggendong bayi ke hadapan Kania.

"Hiks... anakku",lirih Kania sambil mengambil bayinya dari gendongan Ratih,dan langsung memeluknya dan menciumnya.

"Ratih,apa boleh saya menitipkan anak saya ke kamu. Karena kalau saya membawa pulang,pasti mas Bram ga akan segan-segan buat membuangnya lagi,"ujar Kania.

"Boleh bu,dan kalau saya boleh tau nama anak ibu siapa?,"

"Saya beri nama dia Naira Ayshaqilla",ucap Kania dan langsung mengecup kening anaknya.

"Saya setiap pagi dan sore akan kesini untuk menemui anak saya. Tolong jaga anak saya seperti kamu menjaga anak kandungmu nanti," lanjutnya dan langsung memberikan Naira kepada Ratih.

"Baik bu,saya akan menjaga dan mengasuh Naira dengan baik," kata Ratih sambil tersenyum.

"Terimakasih,kalau begitu saya izin pergi," ucapnya dan tak lupa dia mencium kembali kening Naira.

16 Tahun Kemudian

Pagi hari yang cerah,Naira sudah siap dengan seragam sekolahnya. Hari ini adalah pertama kalinya masuk sekolah di kelas 11. Seperti biasa dia harus bangun pagi dikarenakan dia berangkat sekolah harus naik angkutan umum.

"Naira,bangun!!," teriak Ratih.

"Iya bun, Naira udah bangun," kata Naira lembut dan tersenyum.

"Kamu hari ini harus belajar yang benar,bunda tidak mau kalau nilai kamu turun. Nanti bunda bisa dikira tidak becus mengurus kamu," ucap Ratih yang sedang sibuk mempersiapkan diri untuk pergi ke toko.

"Iya bun," jawab Naira yang langsung menyalimi tangan kedua oran tua angkatnya.

"Yah,boleh gak kalau Naufal berangkat bareng ka Naira?," tanya Naufal yang baru keluar dari kamarnya.

"Tidak,kamu harus bareng dengan ayah, kakakmu bisa naik angkutan umum sendiri," jawab  Toni dengan nada marah.

"Tapi yah, Naufal mau berangkat sama kakak. Lagian, Naufal juga kan ingin naik angkutan umum dan mau tau juga gimana rasanya naik angkutan umum bareng kakak," jawab Naufal memohon.

Naira Ayshaqilla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang