Happy Reading!!
Maaf bila ada typo:)
***
Di hari Minggu pagi ini, Naira berniat untuk mengajak papanya berjalan-jalan mengelilingi komplek rumahnya, udaranya sangat sejuk jadi pas untuk berjalan santai di pagi hari. Naira mendorong kursi roda papanya dengan pelan sambil menikmati udara segar.
"Nak, kita duduk di taman itu saja ya. Sambil berjemur pagi," perintah Bram. Naira langsung membawa kursi rodanya menuju taman kompleknya.
Naira duduk di samping ayahnya, menikmati udara dan sinar pagi yang sangat cerah dan sehat pastinya. Bram menatap anaknya yang tersenyum indah, ia mengingat dengan kejadian dulu dirinya sangat tega membuang anaknya. Padahal jelas-jelas ayahnya memang sudah memiliki penyakit yang sangat parah, ntah setan apa yang merasuki dirinya dulu.
"Nak maafkan papa ya," ucap Bram memegang kedua tangan Naira.
"Papa sudah tega membuang kamu, padahal papa tau kalau kakek kamu sudah menderita penyakit yang parah," lanjutnya. Naira menggeleng dan tersenyum memegang kedua tangan papanya.
"Pa, Naira mungkin akan selalu ingat dengan perkataan papa bahwa Naira adalah anak pembawa sial. Tapi, Naira gak marah dan benci sama papa malahan Naira sangat sayang sama papa. Naira juga udah maafin papa sebelum papa mengucapkan kata maaf dari mulut papa," kata Naira meyakinkan papanya.
"Naira ikhlas pa ngejalaninnya, yang terpenting sekarang Naira udah bisa ngobrol dan di terima oleh papa. Naira gak mikirin masalah yang udah berlalu, Naira cuma akan fokus dengan masa depan," sambungnya dan duduk menghadap Bram.
"Naira janji, Naira akan bahagiain papa, dan mama, dan keluarga," Naira langsung memeluk Bram dan Bram membalas pelukan anaknya sambil mengelus rambutnya dan mengecup kening anaknya.
"Papa jangan mikirin hal itu lagi ya," ucap Naira dan Bram mengangguk.
•
•
•
Rayhan kini berada di markas bersama dengan Jo. Sedangkan Rafi, Zidan, dan Afiq sedang berada di jalan menuju markas. Rayhan mengusap wajahnya kasar, Jo yang sedari memperhatikan wajah Rayhan penuh emosi dan langsung mendekati Rayhan.
"Lo kenapa Han?," tanya Jo menepuk pundak Rayhan.
"Gapapa," jawabnya singkat. Jo menghembuskan nafasnya kesal.
"Terserah lo deh, setiap di tanya gapapa," gerutu Jo. Ia hanya berdiri di samping Rayhan sambil memainkan ponselnya.
"Assalamualaikum!," ucap salam Zidan. Rayhan langsung berjalan ke arah Zidan dan menarik kerah milik Zidan.
Mereka terkejut apa yang terjadi anata kedua sahabatnya ini?.
"Santai Han santai, ada apa?," tanya Rafi yang sedang melepas jaketnya.
"Apa bener, lo suka sama Tania?!," tanya Rayhan dengan suaranya yang sangat menggema di ruangan itu.
"Kalo iya kenapa?," tanya Zidan santai.
Bugh!
"Gue suka sama Tania udah lama Han, gue gak bisa bohongin perasaan gue," ucap Zidan, ia sudah pasrah jika nanti wajahnya membiru akibat pukulan dari Rayhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naira Ayshaqilla (END)
Acak"aku percaya kebahagiaan itu pasti ada,tapi mengapa aku tidak bisa mendapatkan kebahagiaan itu" Naira Ayshaqilla