Happy Reading!!!
Di malam harinya, seperti biasa Naira pergi ke cafe untuk bekerja. Semua tugas sekolah sudah ia kerjakan bersama adiknya tadi siang, agar di malam harinya Naira bisa bekerja dan adiknya bisa beristirahat.
Seperti biasa Naira melayani pelanggan dengan ramah. Ketika di pertengahan ia melayani pelanggan, asmanya kambuh yang membuat Naira izin untuk pergi ke kamar mandi.
Di kamar mandi Naira langsung menghisap inhalernya. Sekarang yang ia rasakan adalah tenang, walaupun nafasnya masih susah untuk normal. Tanpa sadar air matanya jatuh.
"Nai, Naira!," panggil Ika yang mengetuk pintu Naira khawatir. Naira yang langsung mengusap air matanya dengan segera membuka pintu kamar mandi.
"Nai, kamu gapapa kan. Kamu pulang aja ya, aku gak mau kalau nantinya makin buruk," lanjut Ika memegangi badan Naira.
"Naira masih kuat kok kak," ucap Naira.
"Gak Nai, kamu harus pulang. Aku liat akhir-akhir ini kamu makin kurus, kamu diapain sama bunda?," tanya Ika tegas. Ika adalah anak dari mang Udin, dan sangat kenal dekat dengan Naira.
"Aku gapapa kok kak, aku baik-baik aja. Dan, aku juga gak ngerasa aku kurusan masih kayak biasanya," jawab Naira. Ika langsung memeluk Naira dan menangis.
"Kamu gak pandai bohong Nai, aku tau kamu ada masalah. Nai, aku ini sahabat kecil kamu, jujur sama aku Nai. Aku dan ayah sering denger keributan di rumah kamu, ayah selalu ngeliat wajah kamu yang pucat ketika berangkat sekolah,"
"Nai, apa kamu tau apa yang aku dan ayah rasakan ketika denger keributan di rumah kamu? rasanya ayah ingin datengin rumah kamu, dan rasanya aku juga ingin ngejaga kamu dan Naufal. Nai, aku tau kamu bukan anak kandung dari bunda Ratih dan aku juga tau kamu adalah adik dari cowo yang beberapa hari lalu kesini. Nai, aku yang lahir duluan aku yang tau semua kehidupan kamu. Tapi apa pernah aku pernah cerita tentang semua hal yang aku tau tentang kamu? nggak Nai, karena aku tau itu adalah privasi kamu," lanjut Ika yang membuat dirinya dan Naira menangis dalam pelukan.
Seseorang yang mendengar percakapan itu pun langsung terkejut. Naira bukan anak kandung dari orang tuanya, dan mereka membicarakan lelaki yang datang beberapa hari lalu. Dengan mengambil langkah cepat seseorang itu langsung pergi dari kamar mandi.
"Gue cabut," ucap Rafi langsung mengambil jaketnya kasar dan meninggalkan teman-temannya.
Rayhan yang tau bahwa Rafi ada masalah dia langsung memberi kode kepada lain untuk tidak menanyakan sesuatu kepadanya.
-Di rumah Bram
Bram dan Kania sedang bersantai menonton tv berdua sambil memakan cemilan yang sudah di sediakan. Terdengar suara motor keras milik Rafi membuat kuping keduanya pekak.
Rafi langsung membuka pintu dengan keras yang membuat Kania terlonjak kaget. Dengan nafas yang memburu akibat menahan emosi di jalan langsung ia menghampiri kedua orang tuanya.
"Jelasin ke Rafi, dimana adik Rafi sebenarnya!," ucap Rafi dengan memasang mata elangnya.
"Duduk dulu sayang," kata Kania dengan wajah yang sangat khawatir.
"Rafi gak capek, Rafi cuma butuh jawaban dimana adik Rafi!," kata Rafi penuh emosi.
"Ada apa kamu menanyakan adik kamu, papa sudah pernah bilang adik kamu sudah tidak ada di dunia ini," jelas ayahnya penuh penekanan.
"Hahaha, menurut papa Rafi percaya? Rafi tau, adik Rafi itu Naira kan. Naira Ayshaqilla," kata Rafi yang membuat Kania shock, darimana Rayhan tahu kalau Naira adalah adik kandungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naira Ayshaqilla (END)
Acak"aku percaya kebahagiaan itu pasti ada,tapi mengapa aku tidak bisa mendapatkan kebahagiaan itu" Naira Ayshaqilla