Chapter 23

115 8 0
                                    

Happy Reading!! Maaf bila ada typo hehe.

****

Dinda masih memikirkan perkataan dari Zidan waktu di depan gudang sekolah tadi, apakah dirinya akan benar-benar celaka? Ia merutuki kebodohannya, mengapa ia melakukan hal itu. Sungguh, bisa stress kalau ia memikirkan hal ini terus-menerus.

"Non, ada paket," panggil pembantu rumah Dinda. Dinda langsung beranjak dari kasurnya.

Sudah ada kotak di depan pintu kamarnya, ia langsung mengambil kotak tersebut dan menutup kembali pintu kamarnya. Ia yang penasaran langsung membuka paket itu, ia ingat bahwa ia tidak memesan barang apa-apa di online. Betapa terkejutnya ia membuka kotak yang berisi fotonya yang sudah di beri tanda X menggunakan spidol merah yang bertuliskan 'saya akan buat kamu mati dengan waktu dekat'. Langsung ia lempar jauh kotak tersebut, dan memasukkan tubuhnya ke dalam selimut.

"Siapa yang berani-berani ngirim paket itu ke gue!," teriak histeris Dinda di dalam selimutnya. Ia menangis ketakutan, ia langsung kepikiran dengan perkataannya Zidan, apakah ini perbuatan dari Zidan?

****

Naira berjalan santai dengan kedua sahabatnya, kak Anya dan diikuti oleh five cogan di belakang mereka. Zidan yang merasa tangannya di cekal seseorang seketika langsung menengok ke belakang. Dan menaikkan alisnya.

"Ikut gue," ajak Dinda dan menarik tangan Zidan.

Dinda mengajak Zidan di tempat yang kemarin di depan gudang sekolah. Zidan yang menatapnya dengan senyuman smirknya membuat Dinda takut untuk bertanya.

"Ada apa, gue gak punya waktu," kata Zidan yang masih setia menatap Dinda.

"Apa lo yang udah ngirim paket ini ke gue?," tanya Dinda, mempertunjukkan sekotak paket ke hadapan Zidan.

"Bahkan gue gak ada ngirim paket begituan ke lo," jawab Zidan mengambil kotak tersebut dan membukanya.

"Lo gak usah bohong, gak mungkin orang lain yang ngirim paket itu ke gue," kata Dinda.

"Kalau lo gak percaya gue bisa apa, yang terpenting bukan gue yang ngirim paket ini untuk lo. Udah gak ada yang perlu di bahas kan, gue cabut," kata Zidan sembari menjatuhkan kotak tersebut ke tanah dan meninggalkan Dinda sendirian.

Dinda menangis sejadi-jadinya, matanya yang sudah hitam seperti panda dan tatapan penuh ketakutan yang terus menghampiri dirinya.

****

Sementara di kelas XII IPA 4, mereka baru menyadari ketidak hadiran Zidan. Dimana ia bukannya tadi dia berjalan bersama mereka. Zidan yang memasuki kelas dengan berjalan santai dan mendapat geplakan dari Jo.

"Lo dari mana tai?," tanya Jo. Zidan menaikkan bahu.

"Gak usah sok cool dek," sinis Jo dan mengikuti Zidan berjalan.

"Dari mana lo?," tanya Rayhan.

"Biasa ada masalah, gak penting," jawab Zidan.

"Gak penting bagi lo, penting untuk kita," sambung Afiq dan diangguki setuju oleh teman-temannya.

"Ck, itu si Dinda nuduh gue ngirim paket ke dia," ucapnya santai. Rayhan dkk mengerutkan dahinya.

"Paket? paket apaan?," tanya Jo yang sangat kepo.

"Foto dia yang di silang pake spidol merah dengan tulisan, 'saya akan buat kamu mati dengan waktu dekat' iya itu kata-katanya yang padahal gue jujur, gue gak ngirim paket itu," jawab Zidan. Mereka hanya menanggapi dengan anggukan, tak ingin memikirkan hal ini terlalu dalam.

****

Naira pergi ke perpustakaan sendirian, sedangkan Tania dan Salsa pergi ke kantin. Naira memang sedang tidak lapar makanya ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan saja. Ia mendengar suara isakan tangis dari sudut rak buku perpustakaan, sebenarnya ia ingin menghampiri orang yang sedang menangis tersebut, namun niatnya ia urungkan pastinya orang tersebut tidak ingin di ganggu. Dia hanya fokus untuk membaca-baca buku yang ia ambil.

Naira Ayshaqilla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang