Chapter 10

195 13 0
                                    

Happy Reading!!

-Di rumah Bram

Bram yang sedang duduk santai di depan tv, mengingat kejadian kemarin dimana ia berkelahi dengan anaknya. Ia tak ingin gadis itu tinggal bersama ini, ia masih tidak terima dengan kehadiran anaknya yang ia buang 16 tahun.

Tok tok tok

Bi Minah yang mendengar pintu yang diketok langsung saja ia membukanya. Bibi yang terheran-heran dengan wanita yang dibawa oleh Rafi langung sadar dan menangis terharu, ya itu adalah anak kandung dari sepasang majikannya. Naira langsung tersenyum manis kepada Bi Minah.

"Siapa bi?," tanya Bram dan langsung membulatkan matanya menatap tubuh gadis yang pastinya itu anak kandungnya.

"Mengapa kamu membawa ia pulang bersama anak kecil ini yang saya saja tidak tau dia anak siapa?," tanya Bram dengan tatapan tidak suka yang ia lemparkan kepada Naira.

"Lebih baik dibicarakan di dalam," jawab Rafi dengan wajah datar dan menarik tangan Naira dan Naufal.

"Mengapa kamu membawa ia pulang bersama anak kecil ini yang saya saja tidak tau dia anak siapa?," ucap Bram mengulangi perkataannya.

"Ini Naira anak yang anda buang 16 tahun lalu, dan ini Naufal adik angkat saya dan adik angkat Naira. Saya tidak peduli jika anda tidak menerima mereka masuk ke rumah ini, tapi yang jelas mama dan bibi pasti menerima mereka berdua," jawab Rafi tanpa rasa takut menanggapi tatapan tak suka Bram.

Kania yang baru keluar kamar langsung melihat pemandangan itu pun langsung berlari memeluk Naira, anak kandungnya yang terakhir ia temui waktu duduk di bangku smp dan berakhir dengan memberi kabar lewat chat atupun telpon.

"Mama kangen nak," ucap Kania menangis di dalam pelukan Naira.

"Naira juga kangen ma," kata Naira yang juga menangis.

"Kamu baik-baik aja kan, ini adik angkat kamu? dimana Ratih dan Toni?," tanya Kania yang menghapus kedua air matanya dan memeluk Naufal juga.

"Kedua orang tua angkat Naira aku masukin penjara," ucap Rafi yang membuat Kania kaget.

"Kenapa masuk penjara, apa yang mereka lakukan," kata Kania menatap Naira dan juga Naufal.

"Mereka melakukan kekerasan sama Naira dan Naufal," kata Rafi langsung menatap Bram yang sama kagetnya seperti Kania.

"Anda tidak tahu kan tentang semua itu? bagaimana anda mau tau, anda saja tidak ingin mencari anak anda yang jelas-jelas anda membuangnya. Anda tau apa yang adik saya terima dari orang tua angkatnya, dia selalu mendapatkan perkataan yang seharusnya itu tidak di keluarkan kepada adik saya," lanjut Rafi.

"Tapi dia memang pembawa sial di rumah ini, hari dimana ia lahir ayah saya meninggal dunia. Dan dia di diagnosa mempunyai penyakit, saya sangat tidak ingin mempunyai anak yang penyakitan," jelas Bram yang membuat Naira menangis.

"Kakek meninggal karena sudah TAKDIR," ucap Rafi yang meninggikan nadanya pada saat mengucapkan kata 'takdir'.

"Saya tidak habis pikir mempunyai orang tua seperti anda. Rela membuang anak yang tidak mempunyai dosa, kakek saja melihat Naira sangat senang karena Naira adalah cucu perempuan satu-satunya di keluarganya. Apa anda tidak ingat kakek mengucapkan bahwa "cucuku, cucu perempuanku satu-satunya. Ayahmu harus menjagamu dengan baik, jika tidak kakek akan memarahinya". Anda gak ingat? saya memang tidak tahu akan hal itu, tapi tante Rani yang merekam suara kakek waktu itu," lanjut Rafi. Naira langsung memeluk Rafi dari belakang agar menyudahkan masalah ini.

"Udah kak, Naira gapapa kok yang terpenting Naufal diterima papa untuk tinggal disini," ucap Naira.

"Saya akan menerima Naufal disini dan saya akan mengangkatnya sebagai anak kandung saya," ujar Bram dan langsung pergi.

Naira Ayshaqilla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang