Bab 15 - Hidden Truth

353 25 0
                                    

Sebuah flat shoes hitam mendarat sempurna di dinding marmer kamar hotel. Dengan seluruh tubuh yang gemetar hebat, Anna mengambil kembali flat shoesnya. Lalu dengan ancang-ancang dan penuh perhitungan, dia kembali melemparnya, mengenai tepat kepada kecoak yang betah hinggap disana. Anna lega tatkala kecoak itu jatuh, namun matanya terbelalak melihat kecoak itu kembali bergerak dan terbang keatas tubuhnya.

"AAAAAAAAAA."

Anna keluar dari kamar mandi dengan terseok-seok. Dia menutup pintu kamar mandi dengan kencang, lalu menyandarkan tubuhnya ke pintu. Napasnya bergerak tidak beraturan. Dia mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar, mencari apapun untuk alat berperang dengan kecoak menyebalkan itu. Namun nihil. Tidak ada apapun. Tidak kehilangan akal, Anna mengambil ponselnya dan mencari di internet bagaimana cara memusnahkan kecoak. Dan yang terpampang disana ialah iklan salah satu brand semprotan nyamuk dan serangga. Sepertinya itu akan berhasil. Segera, dia membeli secara online semprotan tersebut. Tapi jarinya berhenti bergerak kala melihat estimasi pengirimannya. Three fucking days.

"Shit."

Masih tidak kehilangan akal, dia mencari opsi pengiriman lain yang memungkinkan pengiriman same day. Dan tidak ada.

Anna memejamkan mata. Mengatur napasnya senormal mungkin. Meredakan emosinya yang bergejolak sedari kemarin.
Lalu dia membuka kembali matanya. Oke ini adalah opsi terakhir, yang Anna hindari sejak kemarin. Yaitu keluar kamar. Pilihan terakhirnya ialah keluar dari kamarnya, lalu berjalan sedikit keluar dari hotel, dan mencari minimarket terdekat.

Kecoak sialan.

Seusai membeli semprotan, Anna bergegas pergi dari sana dengan langkah yang cepat. Dia harus segera memusnahkan binatang menjijikan itu! Namun saking cepat langkahnya, dia sampai tidak bisa menghentikan langkahnya sendiri kala dia melihat seseorang yang melintas menyebrang di hadapannya.

Bruk.

Prang.

Semprotan yang berada di tangannya jatuh bersamaan dengan tubuhnya yang oleng kebelakang. Bunyi kaleng dan lantai marmer yang bersentuhan menarik perhatian para tamu yang datang.

Anna memejamkan matanya pelan. Mulai berpikir betapa tidak adilnya hidup ini terhadap dirinya. Mungkin tuhan sedanh menghukumnya karena lupa Anna selalu lupa untuk beribadah dan datang ke gereka. Baiklah, ingatkan Anna untuk melakukan itu nanti. Sentuhan lembut di bahunya menyadarkan dirinya untuk segera bangun dan bukannya duduk terlentang dengan kedua kaki menganga lebar. Dengan wajah menahan malu, ia pun berdiri dibantu oleh tangan orang yang tadi dirinya tabrak lalu Anna mengambil semprotannya yang tadi jatuh.

Dia menaikan pandangannya untuk melihat siapa orang yang dia tabrak. Seorang pria dengan wajah yang lumayan tampan, dengan senyum ramah menghiasi wajahnya. Tidak tampak seperti orang yang baru saja ditabrak walaupun pria tersebuy juga tidak jatuh.

Anna meringis. "Maafkan aku, aku terburu-buru tadi jadi tidak melihat ada orang yang melintas."

Pria tersebut tersenyum. "Tidak apa-apa. Yang ada aku yang meminta maaf karena sudah membuatmu jatuh, nona."

"Ah itu karena kesalahanku sendiri." ujar Anna tersenyum malu.

"Aku Robert. Kau?" Pria yang bernama Robert itu mengulurka tangannya.

"Anna." Dia membalas jabatan tangan pria itu. Tangannya hangat.

"Senang berkenalan denganmu, Nona. Tapi maaf aku tidak bisa lama-lama karena ada acara yang harus ku hadiri. Jika takdir mengizinkan, kita akan bertemu lagi seperti yang sudah seharusnya." Robert berkata panjang lebar, masih dengan senyum yang menghiasi wajah tampan itu. Yang membuat Robert semakin manis.

Anna balas tersenyum simpul seraya membalas perkataan pria tersebut dengan ucapan ramah. Lalu pria tersebut pamit undur diri sedangkan Anna masih terpaku memandangi punggung tegap milik pria tersebut. Namun keterpakuannya disadarkan kala ia dapat memlihat kehadiran Selena diujung jalan. Ada urusan apa wanita itu kemari?

Sedangkan ditempat lain diwaktu yang sama, Selena tengah duduk di podium

Namun tidak mau ambil pusing, buru-buru Anna pergi dari sana dan kembali ke kamar hotelnya. Urusannya dengan serangga menyebalkan itu belum selesai!

Setelah kurang lebih 15 menit berlalu, dengan tersenyum bangga, Anna keluar dari kamar mandi dengan membawa kecoak di tangannya. Ia menjumput bagian kumis hewan tersebut karena tidak sudi menggenggam seluruhnya di tangan. Dia pun membuangnya ke tempat sampah lalu mencuci tangannya.

Sedangkan di tempat lain di waktu yang sama, Selena tengah duduk mendengarkan seorang pria yang sedang berbicara di podium. Dia tersenyum hangat kala pria itu tak sengaja menatap dirinya yang dibalas pria tersebut degan senyum simpul khas pria itu. Setelah satu jam berlalu, acara pun telah selesai dan dengan cekatan selena segera menghampiri pria itu yang sedang berbicara dengan para tamu.

"Robert." Selena memanggil pria itu dengan tepuk halus di bahu.

Robert pun menoleh lalu terkejut yang tidak terlalu ketara. Lalu ia pamit undur diri kepada tamu dan merangkul bahu Selena menjauh dari sana.

Setelah dirasa cukup jauh dari para tamu dan kerumunan, Robert melepas rangkulannya dan kedua tangannya hinggap di bahu Selena, memutar tubuh wanita itu menghadap dirinya.

"El, apa-"

Ucapannya terputus ketika sebuah ciuman kasar mendarat di bibirnya. Selena memangut bibirnya penuh dengan rasa frustrasi yang dibalas Robert dengan sama liarnya. Keduanya berciuman selama 5 menit lalu Robert mengisyaratkan Selena untuk berhenti dengan cara menepuk halus penggung Selena. Keduanya pun berhenti. Selena memejamkan kedua matanya dengan kepala yang tertunduk. Dadanya kembang kempis karena ciuman mereka berdua yang liar. Begitu pula dengan Robert. Dia menunduk, menunggu Selena menjelaskan apa maksud dari sikap spontannya tadi.

Setelah hening selama beberapa saat, Selena mengadahkan kepalanya. Manik matanya langsung bertabrakan dengan manik mata Robert yang memandangnya dengan penuh kasih sayang. Lalu setetes air mata keluar dari mata Selena yang disusul dengan tetes-tetes lain dan berubah menjadi deras ketika Robert menarik Selena kepelukannya. Membiarkan wanita itu menangis sejadi-jadinya di pelukannya.

Dengan napas yang tersegal-segal, Selena berkata dengan pelan. Namun Robert masih cukup mengerti maksud dari perkataan waiya itu.

"Dia masih mencintainya..."

Robert semakin mengecangkan pelukannya. Seakan memberi tahu wanita itu bahwa dia akan selalu disini, memberi dukungan kepada wanita itu kapan pun dia dibutuhkan.

"Dia tidak pernah mencintaiku, Robert." Selena berkata dengan lirih.

"Sshh, jangan berbicara lagi." ujar Robert lembut sembari mengusap lembut pinggang Selena.

Robert kembali memikirkan ucapan wanita didekapannya ini. Demi tuhan dan semua alam semesta, Robert tidak pernah ingin Selena sakit seperti ini. Dia selalu memberi peringatan kepada Selena namun wanita itu tidak pernah mendengarkannya. Karena dunia dan seisinya pun tahu, seorang Jay Lucas Reonald masih dan akan selalu mencintai Anna Sheeler. Hanya orang bodoh saja yang menyangkal hal itu. Dan wanita yang tengah menangis saat ini termasuk di dalamnya.

*****
To Be Continue

Akhirnya update lagiiiiii uhuyyy.
Maaf ya part nya pendek karena part depan mau cerita flash back nya merekaaa siapa yang kepooo???

Jangan lupa vote, komen dan tambahin cerita ini ke library kamu ya! Dan makasih buat yang udah vote di cerita ini, dukungan kalian sangat berharga.

ily guys.

Side Of New York | #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang