2 | Mate? √

94 14 3
                                    

●●●

Sekelompok orang sedang menyusuri hutan, semakin dalam mereka pergi, semakin rimbun jalannya.

"Apakah kita benar-benar tersesat?" tanya seseorang kepada Gevan, yang memimpin rombongan.

"Diamlah, aku sedang fokus," jawab Gevan dengan tegas.

"Sudahlah, kita semua tahu kita tersesat," kata Sekan dengan sinis, sambil menggandeng tangan Cela yang ada di sisinya.

"Sekan!" tegur Cela, mencoba meredakan suasana.

"Ya ampun, bukankah aku sudah bilang sebelumnya dia tidak cocok memimpin?" kata Sekan, dengan nada merendahkan.

Liana ingin menjawab, tetapi Gevan memotongnya dengan lembut, "Ya, memang aku salah ambil jalan, tapi kita tidak jauh dari rute yang seharusnya kita ambil."

"Cih Hanya alasanmu buka " Sekan, mencoba memprovokasi.

Gevan hanya menggelengkan kepala, kesal dengan sikap Sekan. "Kita harus segera membangun tenda di sini. Malam akan segera tiba."

"Tidak ada binatang buas di sini, kan?" Tera bertanya, agak khawatir.

"Ini hutan, jadi mungkin saja. Tetapi selama kita tetap di sekitar area yang aku tandai, kita akan aman," jawab Gevan, mencoba menenangkan mereka.

"Kamu yakin?" Sekan meremehkan lagi.

Liana menggelengkan kepala kesal dengan sekan "Tolong, hentikan provokasinya, Sekan."

"Baiklah, mari kita bangun tenda. Aku dan Argan akan mencari kayu bakar," kata Gevan, mengakhiri perdebatan itu.

Anggota rombongan mulai membangun tenda mereka masing-masing, kecuali Sekan yang sepertinya kurang antusias.

"Liana, jangan bertengkar dengan Sekan atau Cela, ya. Aku akan mencari kayu bakar," kata Gevan pada Liana.

"Aku bukan Cela yang manja," timpal Liana, meninggalkan Gevan dengan geram.

Gevan menghela napas. "Liana, jangan pergi terlalu jauh!"

"Aku tidak seperti Cela yang selalu manja dengan semua cowok!" teriak Liana balik.

Percakapan mereka terdengar oleh Cela, yang langsung merasa bersalah.

"Sialan, perempuan itu!" umpat Sekan.

"Sekan, sudah cukup," tegur Cela.

●●●

"Kita sudah punya cukup kayu bakar," kata Gevan, setelah melihat tumpukan yang sudah mereka kumpulkan.

"Ini lebih dari cukup," sahut Argan.

"Haruskah kita mencari beberapa tumbuhan untuk dimasak?" tanya Gevan.

"Aku rasa tidak perlu. Kita sudah membawa cukup makanan untuk semalam," jawab Argan. "Kita belum berhenti terlalu lama, kan?"

"Ya, kamu benar. Ayo kita bawa semua ini," kata Gevan sambil mencari tali untuk mengikat kayu bakar.

Tidak lama kemudian, mereka kembali ke lokasi tenda mereka.

"Sepertinya Liana sangat marah padamu," kata Argan.

Gevan mengangguk. "Dia salah paham. Dia pikir aku membela Cela, padahal aku hanya ingin meredakan Sekan."

"Mungkin kuncinya hanya dengan menjalin hubungan baik. Liana tidak akan terlalu sensitif padamu," saran Argan.

"Ya, mungkin begitu. Tapi situasinya tidak sesederhana itu," kata Gevan.

●●●

Liana berjalan entah kemana, ia kesal kepada semua orang disana.

"Manusia memang hanya ingin menang sendiri"

Ia berhenti disebuah sungai yang terlihat indah banyak bunga disana.

"Kenapa ada sungai indah disini? Padahal yang gue lihat hanya hutan rimbun tadi" monolognya.

Ia memutuskan duduk disana sampai beberapa menit kedepan. Ia tak bisa berbaur dengan yang lain kecuali ada Gevan disana.

Liana sedikit anti sosial.

Gadis itu mengambil beberapa batu disampingnya dan melepaskannya kedalam sungai.

"Harusnya gue bawa handphone dan earphone tadi, pasti bakal lebih menenangkan"

Liana terus menerus berceloteh mengenai kekesalannya juga melempari sungai tanpa henti.

"Siapa kau? berani mengotori sungaiku?"

Bariton tersebut terdengar tiba-tiba membuat Liana terperanjat kaget.

Suaranya menakutkan.

"S-siapa kau?" Liana

"Aku yang bertanya siapa kau?" Sosok itu terus mendekat.

"Kumohon jangan mendekat " Liana ketakutan

"Kau..." Sosok itu menjeda perkataan

Liana menjadi semakin takut, tapi tunggu bau ini

"Kau shewolf.."

Mata Liana seketika melebar "Ti-tidak" ujar Liana, ia segera berdiri menjauhi sosok itu.

"Sedang apa kau diwilayahku!!! Kau mata-mata pack mana hahh?!!"

"Aku...aku buk..."

"Cih cepat pergi jangan pernah menunjukkan dirimu jika tidak aku akan membunuhmu!!!"

Sosok itu berteriak dengan menakutkan bahkan beberapa hewan disana pun pergi karena merasakan auranya.

"Aku.."

"Aku bilang pergi!!" Sosok itu meraung.

Liana dengan wajah terkejut dan takut langsung lari dari tempatnya. Pikirannya melayang kemana-mana selagi ia berlari sekencang mungkin.

Geraman sosok itu masih terdengar oleh Liana.

•••


To Be Continued 🐺

Tidak .. tidak mungkin dia... Mateku?

•••

My Mate [Lee Know - Lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang