Tujuh

171 32 9
                                    

"Aku belum bisa lupain kamu...sampai sekarang".

Sontak ucapan Ravan membuat Wilda gelagapan, jantungnya seketika berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

Gadis itu meneguk ludahnya kasar tatkala menyadari tatapan Ravan yang begitu teduh padanya.

Sampai Wilda tidak sadar kalau mereka sudah tiba di basement PVJ, mobil Ravan berhenti membuat Wilda menghembuskan napas lega, dia tidak akan lama-lama berada di situasi canggung dengan Ravan.

Setelah pengakuan Ravan barusan itu pasti akan canggung untuk keduanya atau mungkin hanya perasaan Wilda saja karena Ravan nampak biasa.

"Aku turun duluan--eh!" tertahan sebab Ravan lebih dulu menahan dengan cara meraih pergelangan tangan Wilda yang hendak membuka pintu mobil.

"Van--aku--".

"Sabuk pengamannya buka dulu, Wil" ujar Ravan pelan.

Wajah Wilda sontak memerah, mencoba menyembunyikan malu walau percuma saja rasanya.

Saking gugupnya Wilda sampai lupa membuka sabuk pengaman.

"Oh--iya" ucap Wilda gugup.

Padahal Ravan hanya memegang tangannya, tapi Wilda sudah segitu gugupnya, bagaimana kalau Ravan menyentuh bagian yang lain ya?

Saat Wilda hendak membuka sabuk pengaman tiba-tiba saja Ravan kembali memegang tangannya.

"Aku aja" kata Ravan pelan dan Wilda hanya berdeham, kemudian laki-laki itu membantu Wilda membuka sabuk pengamannya.

Wilda kembali menghembuskan napas lega saat tubuh Ravan menjauh darinya.

Ravan memeriksa keadaan di luar melalui jendela.

Aman. Yang lain belum sampai, mungkin masih di belakang karena terjebat macet, mengingat ini malam minggu pastinya lalu lintas lebih padat dari biasanya.

Ravan menyandarkan punggungnya pada sandarak jok, sedangkan Wilda masih setia dengan posisi menunduk.

"Wilda" panggil Ravan.

Wilda beranikan diri untuk mengangkat kepalanya lalu menoleh pada Ravan, "hmmmm" membalasnya dengan dehaman.

"Aku boleh minta sesuatu sama kamu?" tanya Ravan.

"Sesuatu apa?" alih-alih menjawab gadis itu justru malah balik bertanya.

Sempat terjadi keheningan selama beberapa detik sebelum akhirnya Ravan katakan.

"Untuk malam ini aja, please jadi milik aku, untuk malam ini aja".

"Hah? Maksud kamu?" Wilda tidak mengerti.

"Malam ini, kamu jadi pacar aku--kita bersikap layaknya sepasang kekasih".

Kembali terjadi keheningan, Wilda diam, belum memberikan jawaban.

"Tapi kalau kamu keberatan gak pa-pa" Ravan melanjutkan saat tak kunjung mendapatkan jawaban dari si gadis.

"Kalau aku iyain kamu mau janji satu hal sama aku?" Wilda bertanya.

"Janji?".

"Setelah pulang dari sini kamu lupain semua yang terjadi malam ini".

Kali ini Ravan yang dibuat diam, mana mungkin Ravan bisa melupakan kebersamaannya dengan Wilda setelah sekian lama.

Namun pada akhirnya Ravan mengangguk, "Iya, aku bakal lupain semua yang terjadi malam ini" jawan cowok itu.

Yang penting Wilda setuju dulu, bagaimana setelahnya biarlah itu jadi urusan Ravan, toh walaupun Ravan tidak melupakan apa yang akan terjadi malam ini Wilda juga tidak akan tahu juga kan.

CLBK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang