Sembilan

124 24 0
                                    

Setelah mengantarkan Wilda pulang Ravan pun langsung pulang ke rumahnya. Sebenernya jarak dari rumah Wilda menuju rumah keluarga Ravan tidak terlalu jauh hanya saja karena Wilda menutup akses jadi mereka jarang atau bahkan hampir tidak pernah bertemu lagi setelah kejadian itu.

Ravan masih tinggal bersama kedua orangtuanya walaupun dia sudah punya rumah sendiri yang justru jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat dia bekerja tapi Ravan lebih nyaman tinggal bersama orangtuanya. Dia tidak betah tinggal sendiri dan juga rumah itu sudah atas nama Wilda, bukan atas namanya sendiri.

Memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah, Ravan malas memasukannya ke garasi.

"Loh, bunda sama abah udah pulang?".

Baru saja dia membuka pintu utama ternyata ada orangtuanya yang sedang duduk-duduk santai di sofa. Sepertinya baru pulang juga karena koper mereka pun masih berada di dekat meja, alias belum dimasukkan ke dalam kamar.

"Iya baru banget sampai, abang habis darimana?" tanya bunda Arisha kepada anak nomor duanya itu.

Ravan pun lantas ikut bergabung dengan kedua orangtuanya, duduk di sofa.

"Dari luar, tadinya ngajak makan Resha sama Naya tapi ketemu Hera jadi kita jalan-jalan dulu sama Kevin, Iky juga" jawab Ravan.

Tidak Ravan katakan bagian dia bertemu Wilda terutama apa yang mereka lakukan di mobil tadi sebelum pulang.Ehm, tidak Ravan tidak akan beritahu bundanya kalau dia bertenu Wilda karena pasti bundanya akan meneror Ravan dengan banyak pertanyaaan kalau sudah menyangkut Wilda.

"Bunda sama abah katanya pulang lusa, kok sekarang udah pulang?" Ravan balik bertanya.

"Kerjaan abah selesai lebih cepet, abah gak mau nginap di hotel lagi, dia mau langsung pulang jadi mau gak mau ya kita langsung ambil penerbangan paling cepet" jawab Bunda Arisha.

Ravan mengangguk-anggukan kepalanya, "Lain kali kabarin abang, biar abang jemput".

"Takutnya abang sibuk, makanya bunda sama abah naik taksi aja" ujar Wirantara yang tak lain adalah abahnya Ravan.

"Kan abang bisa luangin waktu, jangan pulang sendiri, bahaya, apalagi perjalanan jauh kaya gitu" ujar Ravan, Ravan memang bawel kepada keluarganya, itu semua adalah bentuk kekhawatirannya.

"Atau kalau enggak, Ravan bisa cariin sopir buat kalian--"

"Iya-iya, abang, iya" potong bunda Arisha cepat.

Bunda Arisha paling malas kalau putranya itu sudah menceramahinya.

Menurutnya ini hanya masalah kecil yang tidak perlu dibesar-besarkan tapi memang dasarnya Ravan saja yang terlampau cerewet jadi hal sekecil itu pun dibuat besar.

"Jangan iya-iya doang, lakuin!".

"Hmmm" Wirantara hanya menjawab dengan gumaman.

"Ngomong-ngomong, abang pulang main jam segini udah sholat isya?" kali ini gantian bunda Arisha yang bertanya kepada putra nomor duanya itu.

Ravan nyengir seketika, "Belum bun" jawabnya.

Arisha berdecak, "Kebiasaan! Jangan suka nunda-nunda sholat bang, gak baik! Udah sana sholat isya dulu kamu" perintahnya.

Ravan mengangguk "Iya bun" dia patuh. Ravan tidak bermaksud menunda sholat padahal namun karena terlalu asyik bersama dengan mantan pacarnya dia jadi lupa segalanya termasuk kewajibannya sendiri kepada sang pencipta. Tapi untungnya sang bunda mengingatkan jadi dia tidak meninggalkan kewajibannya yang satu itu.

"Ya udah kalo gitu Abang sholat dulu, kalian jangan tidur terlalu malam, istirahat" dia berpesan. Setelahnya Ravan beranjak dari tempat duduknya dan bergegas menuju lantai paling atas tempat dimana kamarnya berada.

CLBK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang