Dua Belas

133 25 2
                                    

"Masih galau?" Ravan bertanya pada Wilda.

"Galau kenapa?" alih-alih menjawab, Wilda justru malah balik bertanya.

"Ya...kamu sama dia putus" pria itu memperjelas pertanyaanya.

Lantas Wilda terkekeh, "Aku mau galau tapi mikir sih" ujarnya.

"Mikir apa? Emang galau perlu mikir ya?"

"Ya mikir aja, aku cantik, aku pinter, aku berpendidikan, aku mandiri, aku bisa melakukan segala sesuatu hal sendiri, aku gak pernah nuntut hal macam-macam sama pasangan, bisa nerima pasangan aku apa adanya, aku butuh dia buat ngelengkapin kebahagiaan aku, selain itu fungsi dia apalagi? Gak ada, jadi aku mikir worth it gak aku galau" jawab gadis itu panjang lebar.

"Dih gayanya, padahal tadi pas aku jemput matanya sembab, abis nangis" Ravan mencibir.

"Gak pa-pa Wil, kalau mau nangis atau galau, itu manusiawi kok, asal gak berlarut-larut aja" tutur pria itu.

"Kelihatan banget ya, Van?" tanya Wilda seraya tersenyum kecut dan Ravan hanya tersenyum tipis.

Sejelas itu ya kalau Wilda habis menangis? Menangisi hubungannya dengan Adi yang berakhir begitu saja.

Ravan curi-curi kesempatan merangkul pundak mantan pacarnya itu, mumpung Yuna dan Rendra sedang pergi membeli cemilan sedangkan Keenan dan Naya kedua bocah itu sedang memberi makan gajah ditemani oleh penjaga di sana.

Ngomong-ngomong mereka pergi ke lembang yang menjadi tujuannya adalah Park & Zoo salah satu dari kebun binatang terbesar di kota Bandung, dan menjadi objek wisata populer untuk dikunjungi.

Wilda sepertinya tidak sadar kalau sedang dirangkul oleh Ravan, buktinya dia tidak protes.

"Wil" Ravan memanggilnya.

Lantas gadis itu menoleh, "Hmmm?".

Ravan menepuk bahunya, Wilda mengangkat sebelah alisnya seakan bertanya 'kenapa'.

"Barangkali kamu perlu bahu buat bersandar" jawab pria itu.

Sontak Wilda tertawa seraya memukul bisep cowok itu, "Gak! makasih, dan jangan cari-cari kesempatan" katanya sambil menyingkirkan lengan Ravan yang melingkar di bahunya.

"Ya namanya juga usaha, Wil" sahut Ravan.

Lagi-lagi Wilda tertawa mendengar ucapan Ravan, dia bukannya tidak tahu apa maksud Ravan mendekatinya lagi, Wilda peka betul apa maksudnya hanya saja Wilda masih belum siap, hatinya masih terluka, dia masih perlu waktu.

"Ngomong-ngomong kamu gak kerja, Van?" tanya Wilda mengalihkan topik pembicaraan.

"Harusnya sih jam satu aku masuk, tapi Naya mau jalan-jalan, ya udah aku off aja. Lagian aku juga jarang libur, sebulan palinh cuma ambil libur tiga kali" jawabnya dan Wilda mengangguk sebagai tanggapan.

Ravan lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah sakit daripada di rumah, selain karena dia sangat di butuhkan di sana Ravan juga sengaja mencari kesibukan untuk mengalihkan pikirannya dari Wilda, cara itu cukup efektif untuk melupakan Wilda sejenak walau ketika dia pulang ke rumah pikirannya selalu tertuju kembali pada Wilda.

"Anak gue mana, Van?!"tanya Rendra yang baru saja datang dengan beberapa kantong kresek berisi jajanan.

"Lagi ngasih makan gajah sama anak gue" jawab Ravan dengan mengangkat dagunya menunjuk ke arah dimana anak merekan berada.

"Ada yang jaga kok pi, anaknya juga anteng, kan ada Naya" ucap Yuna memberitahu.

"Oh ya udah, kirain anak kita hilang, pi" sahut Rendra.

CLBK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang