Empat belas

153 23 1
                                    

Setelah perasaannya sedikit tenang barulah Wilda beranjak dari tempat duduknya dan bergegas menghampiri Naya dan Ravan yang sudah menunggunya terlalu lama.

"Loh, kalian di sini, kenapa gak nunggu di kamar aja?".

Ravan dan Naya menunggunya di ruang makan, karena kebetulan kamar Wilda berhadapan langsung dengan meja makan, Wilda sengaja memilih kamar di belakang supaya malam-malam kalau dia lapar gampang mencari makanan dan juga kalau ada tamu Wilda punya alasan agar tidak perlu repot-repot membuka pintu dengan alasan kamarnya jauh dari pintu depan, itu motivasinya kenapa Wilda memilih kamar di dekat dapur tidak seperti anggota keluarganya yang lain yang memilih bagian depan sebagai kamar.

"Kamarnya dikunci ya?" tanya Wilda kepada mereka berdua.

"Enggak kok, lebih enak nunggu di sini aja daripada di kamar" jawab Ravan dan langsung diangguki oleh Naya.

"Oh ya udah kalo gitu, aku langsung masak aja, kalian mau nunggu di sini atau mandi dulu? Tapi gak ada air hangat sih harus masak juga".

"Mandi dulu aja yuk Nay, mandi air dingin malam-malam sekali doang mah gak pa-pa ya" ajak Ravan pada putrinya.

"Naya gak mau mandi sama papi, mau sama mami aja!" balas Naya.

"Kenapa?" tanya Ravan heran.

"Naya tuh kan cewek, papi cowok masa mandi bareng, malu lah Naya" jawab bocah itu.

Wilda langsung terbahak sedangkan Ravan mendengkus sebal, pasti ajaran Resha, adiknya itu paling-paling.

"Ya gak pa-pa, Naya kan anak papi, boleh mandi bareng, Naya masih kecil kalau udah besar baru gak boleh, lagian kan papi mandiin Naya dulu baru abis itu papi mandi!" kata Ravan sedikit kesal.

"Pokoknya enggak! Naya mau mandi sama mami aja!" balas Naya lagi, masih kukuh tidak mau dimandikan oleh sang papi.

Ravan mencoba bersabar, dasar bocah ada saja kelakuannya. Dasar Resha semprul, padahal kemarin-kemarin Naya masih mau dimandikkan olehnya.

"Ya udah Van, kamu mandi aja sendiri nanti Naya biar aku yang mandiin, gak pa-pa" Wilda melerai perdebatan ayah dan anak itu.

"Tapi mami masak dulu ya Nay, baru abis itu mami mandiin Naya, gimana?".

"Gak pa-pa mi".

"Oh ya udah kalau gitu papi mandi sendiri aja" balas Ravan.

"Aku mau langsung  masak, kamu ambilnya aja handuknya di lemari aku, masih sama kok tempatnya" ujar Wilda memberitahu dan Ravan mengangguk paham.

"Kalo gitu aku ambil baju ganti dulu sekalian ambil barang-baran Naya" kata lelaki itu, kali ini Wilda yang mengangguk.

Kebetulan Ravan memang selalu menyimpan baju ganti di mobilnya.

"Ya udah yuk Nay, ikut mami, temenin mami masak" ajak Wilda pada anak mantannya itu.

"Ayo, mi" Wilda menggandeng Naya, membawanya ke dapur untuk menemaninya memasak.

Ravan yang melihat itu tersenyum penuh arti.

"Sabar Van sabar, pelan-pelan aja" monolognya.

Ravan akan bersabar, dia akan sudah bertekad untuk memperjuangkan Wilda kembali, apapun caranya dan jika sudah berhasil Ravan bersumpah tidak akan melepaskannya lagi, dia akan cepat-cepat meresmikan Wilda menjadi miliknya.

Ravan senyum-senyum sendiri, "Tunggu aja" katanya lagi. Setelah selesai dengan semua bayangannya di masa depan bersama Wilda Ravan bergegas mengambil pakaian gantinya.


🍬🍬🍬

"Naya mau mami gorengin sosis gak? Mami ada sosis nih di freezer, punya om Reyan kayanya, kalau Naya mau mami gorengin" tanya Wilda menawarkan.

CLBK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang