🍁Sherin?

1K 134 14
                                    

Halo semuanya...
Apa kabar nih? Semoga sehat-sehat yaaa semuanya🌈

Gaes, ini aku update tapi nggak open feedback yaakk karena jujur aku lagi keteteran di RL soalnya lagi persiapan ikut Mawapres, doain yaaaa🥰🙏

Oh ya, biar bacanya bisa fokus dan feel-nya nyampai, kalian nggak harus komen di setiap paragraf yapss, tapi boleh banget kalau mau kasih masukan di akhir chapter 😉

"Dek," Audrey langsung menghampiri Ansel yang terlihat sangat lelah, laki-laki itu menatap dalam-dalam adiknya, ia masih belum bisa membayangkan bagaimana reaksi Audrey saat mengetahui semua yang terjadi pada Arfan.

Grap!

Ansel memeluk Audrey yang membuat perasaan Audrey tak karuan. "Bang? Kenapa sih? Jangan bikin panik," Ansel melepaskan pelukannya, "nggak papa, cuman nggak nyangka aja bocil yang dulu suka ngrengek sekarang udah mau lulus SMP," Audrey tidak puas dengan jawaban Ansel, abangnya itu tidak bisa berbohong, sorot matanya masih sayu seakan ada hal besar yang ia tutupi.

"Bang, tolong jujur sama Audrey,"  Ansel ingin sekali menceritakan semuanya pada Audrey. Namun satu minggu lagi Audrey akan ujian, ia tidak mungkin membiarkan pikiran adiknya kacau. "Nggak ada kok," Audrey bukan lagi gadis kecil yang hanya memikirkan dirinya sendiri, ia tau ada sesuatu yang disembunyikan oleh Ansel. Jika Ansel tidak menceritakan hal itu, maka Audrey akan mencari cara untuk mengetahui hal itu sendiri.

🍁 REVAN DAN ARFAN 🍁

Sepulang sekolah, Audrey langsung bergegas menuju ke sekolah Ansel dengan harapan ia akan mengetahui hal apa yang disembunyikan oleh abangnya itu. Tak berselang lama, mobil Revan keluar dari gerbang sekolah. "Rumah sakit? Apa mereka jenguk temennya yang sakit?" tanya Audrey saat berhasil mengikuti mobil Revan hingga sampai di sebuah rumah sakit.

Audrey menggeleng lemah saat Revan ternyata berhenti di depan ruang rawat dimana ada bunda yang langsung memeluk anak bungsunya itu. Pandangan Audrey teralihkan pada kehadiran Sherin yang juga disambut hangat oleh bunda, gadis berhijab itu kini memasuki ruang rawat seorang diri. "Kalau yang didalam itu adalah Kak Arfan, berarti cewek itu?" kesimpulan singkat yang Audrey buat melemahkan tekadnya untuk mendekati ruang rawat. Ia lebih memilih berlari dan pergi.

🍁REVAN DAN ARFAN 🍁

Bunda yang awalnya duduk, kini berjalan menghampiri Ansel yang terlihat panik, "Kenapa Sel?" tanya bunda. "Kata umi, Audrey belum pulang, Bun," balas Ansel yang membuat bunda juga khawatir.

"Kita cari bareng-bareng," Mereka pun berpencar untuk mencari keberadaan Audrey.

Revan teringat pada satu tempat yang mungkin menjadi tujuan Audrey, lapangan basket. Sedari kecil gadis itu sangat senang saat melihat ketiga prajuritnya bermain basket. Revan segera menuju lapangan basket yang paling dekat dengan sekolah Audrey, namun hasilnya nihil. Ia berpindah ke lapangan basket terdekat dengan rumah, namun hasilnya juga nihil.

"Apa mungkin Audrey tadi ke rumah sakit?" satu-satunya tempat yang Revan tuju kali ini adalah lapangan yang paling dekat dengan rumah sakit. Benar saja dugaannya, Audrey sedang duduk di bangku supporter dengan pandangan yang menerawang ke depan. Pipinya basah dengan mata yang sembab.

Revan duduk disamping Audrey, "Princess lagi ngawasin ketiga prajuritnya ya?" gadis itu terkejut namun satu detik kemudian pikiran kalut kembali menguasai dirinya. "Kenapa, hm?" tanya Revan lagi pada Audrey yang masih terdiam.

Aku Bukan Abang || Available Book VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang