🍁Operasi

2K 184 584
                                    

HALLO AYANK 😙

APA KABAR NIH? HARUS BAIK YA! 😍

SETELAH BERMEDITASI AKHIRNYA AKU MENDAPATKAN JAWABAN TERBAIK UNTUK KEHIDUPAN ARFAN 😂 SEMOGA KALIAN TIDAK KECEWA YA 🥰

JANGAN LUPA KLIK TOMBOL BINTANG DAN RAMEIN KOLOM KOMENTARNYA YA

OH YA, TERIMAKASIH BANYAK YAAA BUAT KALIAN SEMUA YANG UDAH SETIA IKUTIN ALUR REVAN DAN ARFAN

OKEH, DAH LAH GAUSA BAPER ZURR!
LANGSUNG AJA BACA GAESSSS❤️❤️

🍁REVAN DAN ARFAN 🍁


Operasi Arfan berhasil dilakukan, kini laki-laki itu sedang dalam masa observasi dan harus dirawat di ICU untuk sementara waktu.

"Van, gantian kamu yang masuk," ucap bunda pada saat jam kunjungan ICU. Revan pun mengangguk dan ia berjalan menghampiri Arfan yang masih belum sadarkan diri paska operasi.

Revan mengamati setiap sudut wajah Arfan walaupun terhalang ventilator yang masih membantu Arfan bernapas. Memori indah mereka berdua terus berputar dalam pikiran Revan yang kini bersautan dengan satu kata pedih yang pernah ia lontarkan pada Arfan.

Arfan sudah berhasil menjadi abang terbaik untuk Revan, walaupun jarak usia mereka hanya selisih 5 menit, namun kedewasaan Arfan membuat Revan bergantung padanya. Arfan tak pernah segan untuk menegur Revan, begitupun Revan yang tak pernah ambil pusing saat ditegur oleh Arfan.

Revan kini terkekeh saat mengingat bagaimana reaksi Arfan saat dulu pertama kali mengetahui adiknya berpacaran. Ia juga masih mengingat bagaimana Arfan yang mengomel saat Revan melakukan kesalahan.

"Pengecut," namun dengan gampangnya Revan mengeluarkan kata itu, rasanya kini ia ingin sekali memeluk Arfan dan mengucapkan kata maaf. Tak terasa buliran bening jatuh dari pelupuk mata Revan. "Gue janji bakalan jagain Lo, bang," lirih Revan dengan mengusap tangan Arfan.

"Bang?" Mata Revan teralihkan pada jari Arfan yang bergerak, laki-laki itu segera menekan tombol darurat yang membuat bunda dan beberapa tenaga medis langsung masuk. "Alhamdulillah Arfan sudah cukup stabil, kita tinggal menunggu sampai ia bisa bernapas tanpa alat bantu dan selanjutnya bisa kembali ke ruang perawatan, kurang lebih dua sampai tiga hari lagi,"

"Dek, lanjutin ngobrol sama abang, ya. Bunda kedepan dulu," Revan mengangguk, ia kembali mendekati Arfan yang kini berusaha tersenyum walaupun sangat tipis. "bang, maafin gue ya," ucap Revan yang untuk pertama kalinya menunduk dihadapan Arfan. Dapat terlihat jelas bagaimana rasa sayang antara kedua saudara kembar ini.


"Sakit ya, bang? Kata Dokter Alzam lo harus minum obat seumur hidup, itu nggak bener kan?" Revan sudah berusaha untuk tidak mengeluarkan bulir bening itu, namun pertahannya runtuh hingga kini lagi-lagi itu menangis dihadapan Arfan.

Dengan tenaga yang tersisa Arfan menepuk tangan Revan, "it's okey, dek," balasnya singkat.

Atensi Revan teralihkan pada selang yang terpasang pada dada Arfan, "bang? kok keluar darah?" Revan mulai panik saat darah mulai melebar, ia pun segera berlari keluar ICU.

"Van, kenapa? Abang kenapa?" bunda yang menunggu didepan kini bingung dengan kepanikan Revan. "Bentar Bun," balas Revan sebelum ia berlari lagi mencari tenaga medis yang sedang berjaga.

Aku Bukan Abang || Available Book VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang